
Semua telah tercatat secara rapi dalam sebuah Kitab pada zaman azali.
- Kematian,
- Rizki,
- Nasib,
- Jodoh,
- Bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan insan wacana ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka dia mempunyai peluang atau kesempatan untuk berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, berusaha keras untuk mencapai yang dicita-citakan tanpa berpangku tangan menunggu takdir, dan berupaya memperbaiki gambaran diri.
Dengan bekal dogma terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah swt., seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah swt.
Ia akan berkembang menjadi watu karang yang tegar menghadapi segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar dalam menyongsong angin puting-beliung ujian yang silih berganti.
Ia juga selalu bersyukur apabila kenikmatan demi kenikmatan berada dalam genggamannya. Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits Rasul berikut ini.
“Tiada suatu tragedi pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu ialah gampang bagi Allah“
(QS.57 Al-Hadiid :22)
“(Kami jelaskan yang demikian itu) biar kau jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan biar kau jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS.57 Al-Hadiid :23)
Post a Comment
Post a Comment