Report Abuse

Stats

Comment

Kisah Istri Yang Sholehah

Post a Comment
ISTRI SHOLEHAH
Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar senang sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir saya mengucap puji syukur kepada-Nya.

Hari demi hari pun saya lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan menunjukkan seorang pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika saya lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup cadar, menambah hatiku tenang.

Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum saya berucap salam. Bahkan, hingga ketika ini saya belum sanggup mendahului ucapan salamnya alasannya yaitu selalu terdahului olehnya. Subhanallah.

Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih bau tanah dua tahun dari aku. Sekalipun usianya lebih tua, ia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang saya perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya.

Sempat saya mencobanya memerintah berbohong dengan menyampaikan kalau nanti ada yang mencariku, katakanlah saya tidak ada. Mendengar itu, istriku eksklusif menangis dan memelukku seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan saya berada di neraka alasannya yaitu perbuatan ini?”

Aku pun tersenyum, kemudian kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu, eksklusif saja saya menerima cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa.

Sungguh, ini yaitu kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jikalau saya harus menggambarkanya, saya tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.

Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur. Merasa heran, saya pun bertanya kenapa ia menangis malam-malam begini.

Istriku hanya membisu tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk bersahabat dan saya belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak menyerupai malam itu.

Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah… alhamdulillah, saya terperanjat dan juga senang mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, ia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut saya murka jikalau permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, ia tidak mau merepotkanku.

Demi istri tersayang, malam itu saya bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang usang dan harus mengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), balasannya saya pun mendapatkannya.

Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun sesudah saya ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan eksklusif menuju dapurnya. Tak usang kemudian menunjukkan bingkisan kecil berisi mie ayam undangan istriku.

Ketika saya hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak alasannya yaitu malam ini bapak merasa senang sanggup menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih saya utamakan.”

Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa berterima kasih, saya pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku.

“Alhamdulillah,” kata istriku ketika saya ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.

sumber : http://kisahislami.com

Related Posts

Post a Comment