![]() |
KASIH IBU |
Hanya penampilannya saja yang tampak absurd dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak pria besar mengejekku. Katanya, saya ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga membuatkan bakatnya di bidang musik dan menulis.
Ia ingin sekali menjadi ketua kelas.
Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kamu akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang sanggup mencangkokkan pendengaran untuknya. "Saya percaya saya sanggup memindahkan sepasang pendengaran untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan pendengaran dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki gres pun lahirlah. Bakat musiknya yang andal itu bermetamorfosis kejeniusan. Ia pun mendapatkan banyak penghargaan dari sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian ia pu menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, saya harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun saya sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kamu takkan sanggup membalas kebaikan hati orang yang telah menunjukkan pendengaran itu." Setelah bengong sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua belakang layar ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah dikala yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu bangkit di tepi peti mayit ibunya yang gres saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut mayit ibu yang terbujur kaku itu, kemudian menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak mempunyai telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali sanggup memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan badan namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang sanggup terlihat, namun pada apa yang tidak sanggup terlihat.
Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. "Kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Tidak ada kasih dan cinta yang lebih dari segalanya selain kasih dan cinta seorang ibu untuk anaknya. Ibumu akan berbuat apa saja untuk melindungi dan menolong engkau dikala dalam bahaya"."Sekali lagi, kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Esok mungkin terlambat"
Post a Comment
Post a Comment