Postingan kali ini yaitu sebuah Kisah Penuh Hikmah mengenai Kisah Kepahlawanan Sayyidina/ Imam Ali bin Abi Thalib ra / kw sang Ksatria Nabi Muhammad saw di Perang Ahzab atau yang biasa disebut sebagai Perang Khandak (perang Parit).
Perang Khandak/Perang Ahzab yaitu termasuk peperangan terbesar Nabi Muhammad saw yang terjadi di madinah, Kala itu Pasukan Muslim berhadapan dengan Pasukan Aliansi dari banyak sekali suku bangsa arab yang dipimpin eksklusif oleh Abu Sufyan ketika ia masih belum memeluk Islam dan masih menyembah berhala.
Kisah ini saya tulis dalam bentuk prosa bebas saja ya, biar lebih nyaman dibaca lantaran ceritanya tidak mengecewakan panjang, jadi duduk saja yang bagus dan siapkan secangkir sebelum anda membaca artikel ini hehe.. :) Selamat membaca dan semoga bermanfaat..
Angan-angan dan kebahagiaan yang meluap-luap dari hati Abu Sufyan dan kawan-kawannya benar-benar tumpah ruah dalam candaan dan ejekan-ejekan yang mereka lontarkan kepada musuh yang akan mereka hancurkan sebentar lagi.
Dengan pasukan adonan terbesar yang pernah dimobilisasi oleh Abu Sufyan ini, kebinasaan Muhammad dan pengikutnya yang telah terang terangan menyalahi aliran nenek moyang itu adalah sebuah keniscayaan bagi mereka.
Jumlah total Pasukan Aliansi ini kurang lebih 10 ribu pasukan, sedangkan jumlah total kaum muslimin hanya berkisar 3 ribu pasukan saja. Dari jumlah pasukan muslim itu, sepertiganya yaitu golongan orang-orang islam yang munafik dan hipokrit. Dan itupun belum termasuk jumlah orang-orang yahudi yang yang telah tinggal di madinah semenjak usang dan menciptakan perjanjian dengan rosululloh untuk menyampaikan suplai logistik bagi pasukan madinah pada peperangan kali ini, lantaran tentu saja mereka tidak akan mungkin mau diajak berperang dengan sepenuh hati, dan kita tahu bahwa sejarah juga telah menceritakan wacana pengkhianatan dan persekongkolan orang-orang yahudi untuk merongrong Nabi dan umatnya dari belakang, dengan cara menakut-nakuti dan menciptakan kerusuhan, serta mengadakan perjanjian diam-diam dengan pihak musuh yang tentu saja semakin memojokkan posisi Nabi dan Kaum muslimin yang sedang diserbu oleh musuh dengan jumlah yang berlipat-lipat jumlahnya dari pasukan kaum muslimin.
Namun Allah Maha Kuasa dan selalu sempurna waktu dalam menolong hamba-hambaNya, Dan sang waktu agaknya mulai bergulir dan menggilas impian-impian para Pemimpin pasukan kafir Makkah, Para pemimpin pasukan besar ini hanya sanggup terbengong dan bersumpah serapah ketika mengetahui ada parit yang cukup dalam mengitari sisi madinah yang tidak dipagari gunung, sebuah kebijaksanaan wangi absurd yang tidak pernah terpahat dalam satupun perang adat bangsaArab, rencana serbuan besar-besaran Abu Sufyan untuk Madinah sudah terang gagal dilakukan.
Strategi penggalian parit ini yaitu hasil proposal dari Tokoh besar Islam yang sekaligus adalah sahabat besar Rosululloh saw, Salman Al Farisi, seorang sahabat setia Nabi Muhammad berkebangsaan Persia, Bangsa Persia seringkali menggali parit untuk menghadang serbuan besar-besaran dari pihak musuh ke atas sebuah kota, dan dengan derma ide gemilang dari Salman Al Farisi kali ini, Allah SWT telah menyelamatkan penduduk Madinah dan kaum kaum muslimin dari kehancuran.
Dengan kebencian yang semakin menggunung, Abu Sufyan segera memulai perang ambisiusnya untuk membunuh Muhammad dan meremukkan para pengikutnya.
Beragam taktik dan beberapa kali serangan pasukan Infantri dan Kavaleri bergantian untuk terus berusaha menerobos parit, tapi lagi-lagi mereka mengalami kegagalan lantaran di seberang parit tombak-tombak panjang telah siap dilempar kepada mereka yang berusaha menaiki parit dan sebagian lainnya hanya menjadi sasaran empuk bagi batalion pasukan pemanah muslim.
Jengkel dengan keadaan itu, Amr bin Abdu Wudd, Sang Jawara Pemberani Ternama bangsa Arab disertai dengan beberapa temannya memutuskan untuk turun ke parit.
Dia kemudian seorang diri maju dan duduk diatas kuda perangnya dengan sangat gagah dan berwibawa, ia berteriak mengecam cara perang ala orang absurd itu dan mulai bersyair menantang Rosululloh untuk menurunkan seorang prajuritnya yang tangguh untuk melayaninya berduel sebagaimana layaknya perang ala bangsa Arab.
Nabi berpaling kepada pasukannya, dan memotivasi para prajurit Allah itu, Beliau kemudian meminta salah seorang dari mereka menjawab tantangan sang pahlawan yang memang begitu populer kebolehannya dalam bertempur yang sekaligus yaitu orang yang sangat ditakuti dikalangan bangsa Arab lantaran kekejamannya.
![]() | |
Haidar (Singa) yaitu Nama kecil Sayyidina Ali |
Tawaran untuk bertanding dengan Amr kesudahannya diajukan kepada pasukan muslimin tapi semuanya menundukkan pandangan saking malunya, pengecap mereka begitu kelu, sedang tenggorokan mereka tercekat besar lengan berkuasa oleh rasa ketakutan yang menggigiti keberanian di hatinya.
Dalam keadaan yang penuh keresahan dan sangat genting itu, tiba-tiba Ali bin abi thalib mengangkat tangannya, kemudian ia maju menghadap Rosululloh dan meminta izin dari Beliau untuk menyambut tantangan Amr.
Nabi mengabaikan permohonan pemuda belia itu dan memintanya untuk mundur sembari bersabda kepada Ali, "Sesungguhnya dia yaitu Amr.." kemudian Beliau kembali menyampaikan kesempatan untuk berduel dengan Amr itu kepada pasukan Beliau yang lain, tapi lagi lagi benar-benar tak ada yang bergeming sedikitpun dari posisinya.
Untuk kedua kali Ali maju kembali kehadapan Rosululloh saw, namun sekali lagi Beliau menolaknya dan meminta Ali kembali ke dalam barisan.
Sementara dalam kebosanan alasannya yaitu sudah menunggu terlalu lama, Amr terus saja berteriak dan mengejek Rosul dan pasukan muslimnya.
"Dimanakah nirwana yang katanya diperuntukkan bagi siapa saja yang gugur dari kalian?"
"Apakah tidak seorangpun dari kalian yang berani melawanku?"
"Tidak adakah Lelaki dalam pasukanmu wahai Muhammad??"
Gelak tawa terdengar riuh rendah dari pasukan musuh, sementara pasukan muslimin semakin merunduk bagaikan rumah renta yang telah hampir rubuh ditimpa hujan badai.
Tiada henti Rosululloh menyemangati Pasukan muslimin dan mendoakan kemenangan bagi siapa saja yang rela maju melawan Amr bin Abdu wudd. Tapi lagi-lagi didapati oleh dia kebisuan dan keheningan yang malah lebih mencekam dari sebelumnya.
Untuk kali ketiga Ali maju kembali dan meminta ijin untuk bertempur.
Kali ini Nabi tidak menyuruhnya untuk kembali, alasannya yaitu sudah terang bahwa tiada lagi prajurit yang sanggup diperlukan lagi selain Ali.
Nabi kemudian kembali bersabda kepada Ali, "Sesungguhnya dia yaitu Amr".
Rosululloh berusaha mengingatkan Ali bahwa musuh yang akan dia hadapi yaitu pemilik Nama Besar dan Ksatria yang selama ini sangat dikenal di seluruh penjuru bangsa Arab dan sangat ditakuti.
"(Aku ingin menghadapinya) Sekalipun dia yaitu Amr.. semoga diriku menjadi tebusan bagimu wahai Rosululloh, apakah engkau mengijinkanku (untuk melawannya) ??"
Dengan jawaban dan permohonan Ali yang mantab itu maka luluslah ujian moral dari Rosululloh kepada Ali.
Maka Nabi memakaikan sorban dia "Assahab" kepada Ali, dia sendiri yang memasang baju perang untuk Ali, kemudian dia mencium keningnya dan memberinya pedang Dzulfikar, sebuah pedang unik milik Nabi yang bercabang dua diujungnya.
Nabi mengiringi Ali hingga beberapa saat, bagaikan seorang ayah yang mengantarkan putranya yang akan bepergian jauh dan tidak sabar kembali untuk menanti dikala kedatangannya, seolah tiada tega melihat seorang anak muda yang belia dengan seorang diri menjadi referensi bagi keberlangsungan agama Allah dan keselamatan penduduk madinah.
Ali berangkat maju ke medan tempur dengan berjalan kaki menuju ke pertengahan dua pasukan yang tengah berhadap-hadapan itu untuk menemui sang Jagoan pasukan Ahzab, Amr bin abdu wudd.
Nabi terus menerus berdoa kepada Allah untuk kemenangan dan keselamatan Ali, "Ya Allah tolonglah dia"
Nabi juga mengangkat sorban dia tinggi-tinggi dan menengadahkan tangan dia ke langit, "Ya Allah, Engkau telah mengambil Ubaidah di perang Badar dan Hamzah di perang Uhud, kemudian kini ini Ali saudaraku dan putra pamanku, maka janganlah Engkau biarkan saya hidup seorang diri, dan Engkaulah sebaik-baik waris".
Sementara itu, Ali telah hingga dan berhadap-hadapan dengan Amr, dengan ingin tau dan geram alasannya yaitu sudah usang menunggu, Amr menghalau kudanya agak mendekat kepada sesosok cowok di dalam sebuah balutan baju perang yang sederhana itu.
"Sabar wahai Amr, bahwasanya orang yang tiba kepadamu ini tidaklah lemah..."
"Siapakah engkau?" tanya Amr penasaran.
"Aku Ali"
"putra Abdu Manaf?"
"Aku Ali putra Abu Thalib." jawab Ali singkat.
Mendengar nama itu Amr kemudian berkata, "Selainmu saja wahai Ali, dari paman-pamanmu yang lebih renta darimu, Ayahmu dulu yaitu temanku, saya tidak ingin membunuhmu".
"Tapi saya ingin membunuhmu, wahai Amr !! ". Sahut Ali
Amr bin Abdu Wudd kemudian berkata, "Wahai putra saudaraku, bahwasanya saya tidak ingin membunuh pria mulia sepertimu, pulanglah, kembalilah ke belakang pasukanmu.. bahwasanya itu lebih baik bagimu"
Amr terus membujuk Ali biar ia kembali dan menyampaikan bahwa ia enggan bertarung dengannya demi keselamatan Ali sendiri.
Beberapa para pakar sejarah bersumpah bahwa Amr bahwasanya gentar kepada Ali yang telah dia lihat kegesitan dan ketangguhannya pada perang Badar yang telah menewaskan separuh dari korban pasukan kafir Mekkah (22 orang dikalahkannya seorang diri dan belasan lainnya dengan dibantu pasukan lain) dan Ali inilah sang pendekar muda, yang telah ia dengar keberaniannya dan tetap bertahannya ia untuk melindungi Muhammad, ketika kebanyakan pasukan Muslim lari tunggang langgang dan hanya segelintir sahabat yang menyertai Nabi, sehingga kesudahannya Pasukan Muslim menderita kekalahan di Perang Uhud yang tidak Amr ikuti.
Lagi pula hanya akan menjadi malu yang besar bila Jawara yang dikatakan orang orang Arab sebagai orang yang setara dengan 1000 prajurit, harus dikalahkan oleh seorang cowok anabawang gres naik daun dan bahkan belum berusia 30 tahun.
Ali kemudian berkata "Sesungguhnya orang-orang Quraisy sering menyampaikan bahwa engkau akan mengabulkan salah satu dari 3 usul yang diserukan kepadamu?"
"Benar" jawab Amr.
"Sesungguhnya saya menyerumu biar engkau bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad yaitu utusan Allah dan engkau akan tunduk kepada Tuhan semesta alam" ujar Ali
Amr menjawab "Wahai putra saudaraku, jauhkanlah usul itu dariku"
Ali melanjutkan kata-katanya, "seruanku yang kedua yaitu sebaiknya engkau bersama orang-orangmu pulang ke negerimu, Jika Muhammad benar, maka engkau yaitu orang yang akan paling berbahagia atasnya, Dan bila dia berdusta, maka cukuplah serigala-serigala arab yang akan menggantikanmu (untuk membunuhnya)."
Amr menjawab "Ini yang tidak akan digunjingkan oleh para perempuan quraisy, bahwa seorang anak muda telah memperdayaku, bagaimana ini akan terjadi sedangkan saya telah bersumpah untuk memenuhi nazarku?" (nazar Amr selepas kekalahannya di Badar, untuk tidak meminyaki rambutnya bila dia belum membalaskan kekalahan Qurays dengan membunuh Muhammad".
"Lalu apa yang ketiga?!!" sahut Amr penuh penasaran
"Jika demikian saya menyerumu untuk melawanku !!"
Amr tertawa seraya berkata "Sesungguhnya ini yaitu usul yang tidak pernah saya kira bahwa seorang cowok arab ingin menantangku dan menakuti-nakutiku".
"Bagaimana saya sanggup melawanmu sedang engkau berada di atas kudamu? Turunlah.."
Amr sangat murka atas ucapan Ali itu, hingga dia turun dengan cepat dan membacok kudanya..
Keduanya Bertempur hebat, dan para pembesar Qurays maju seraya mengulurkan lehernya untuk menyaksikan pertempuran 2 Kesatria yang tengah bertarung itu.
Amr menyerang dengan sangat hebat, dan Ali hanya menangkisnya dengan perisainya, Amr semakin murka lantaran serangannya selalu tertahan, ia menyerang dengan kekuatan penuh dan berhasil memecahkan perisai Ali, perisai itu pecah dengan pedang Amr tertancap padanya, pecahan perisai menimpa kepala Ali, dan seketika itu darah segar mengalir dari kepalanya.
Sementara itu Amr yang sudah tanpa senjata tak sanggup menangkis serangan Ali, diayunkanlah Dzulfikar kuat-kuat ke arah kedua kaki Amr, sebagai jawaban yang sama menyerupai yang telah ia lakukan kepada kudanya tadi. Dan tebasan ali itu menciptakan singa renta itu terjerembab ambruk. (sebagian riwayat menyampaikan ali menyerang bahu Amr kuat-kuat sehingga membuatnya rubuh)
Dari kejauhan, Para pembesar Quraisy hanya melihat debu lebat yang menutupi pandangan, keduanya bertarung dengan sengit sehingga menerbangkan debu yang banyak, namun begitu debu mulai menipis, Takbir bergema dari arah pasukan Muslim.
Terlihat Ali mendatangi Amr yang tengah bergelimpang di tanah dan Amr meludahi wajah Ali, sebagai luapan kekesalannya kepada cowok anabawang yang telah membuatnya malu dan menciptakan segala reputasinya selama ini terlepas, Ali juga sangat marah, namun ia malah berpaling dan meninggalkan Amr.
Beberapa dikala kemudian sehabis Amarahnya hilang, Ali tiba kembali dan menaiki dada Amr untuk menebas dan memenggal kepalanya, terik mentari padang pasir kini menyinari Ali yang kini sedang mengusapkan darah di pedangnya pada baju Amr yang telah tak bernyawa.
Kawan-kawan Amr mulai berdatangan menyerang Ali, diantaranya yaitu Dhirar bin khattab, Hubairah bin Abi Wahb dan Hasal bin Amr.
Ali kemudian bangun untuk menghadapi mereka, Dhirar bertarung sejenak tapi kemudian kabur sehabis mengetahui perbedaan kekuatannya dengan Ali, Hubairah tetap bertahan tapi kemudian ia lemparkan baju perang mahalnya dan melarikan diri, sementara Hasal bin Amr tetap di kawasan dan kesudahannya terbunuh di tangan Ali.
Ikrimah bin Abu Jahal, sebagaimana disebutkan oleh sejarahwan Islam terkemuka Ibn Hisyam, tiba untuk melemparkan tombaknya kemudian kabur menaiki parit, sementara Naufal bin Abdullah juga bermaksud kabur, tapi kudanya gagal menaiki parit dan ia terjatuh.
Atas perintah Rosul, orang-orang Islam mulai berdatangan untuk membantu Ali yang tengah dikeroyok musuh, mereka kemudian melempari Naufal dengan batu.
Naufal berteriak, "Wahai sekalian manusia, pembunuhan yaitu lebih mulia daripada apa yang sedang kalian lakukan ini padaku".
Akhirnya Ali pun tiba kepada Naufal kemudian membunuhnya.
Kemudian Ali menghadap Rosululloh dengan wajah yang ceria sembari menenteng kepala Amr, sekalipun kepalanya sendiri terluka dan penuh darah.
Melihat itu Rosul tersenyum kemudian bersabda "Bergembiralah engkau wahai Ali, sekiranya amalmu ditimbang dengan amal umat Muhammad, pasti amalmu akan lebih berat dari amal mereka, alasannya yaitu yang demikian itu, lantaran setiap rumah orang Islam telah dimasuki kemuliaan dengan terbunuhnya Amr".
Dan begitulah kisah sang Ksatria Nabi Muhammad pada Perang Ahzab atau yang juga dikenal dengan perang Khandak.
Keberaniannya telah membanggakan Hati Nabi, menegakkan kembali moral pasukan muslim, dan memperbarui kepercayaan mereka yang mulai luntur lantaran rasa takutnya kepada Musuh.
Sementara sekian dulu pemirsa, (kapan-kapan mau ditambah lagi, lantaran dirasa masih banyak insiden dan tokoh yang masih perlu ditambahkan)
Wassalam dulu aja kali ya.. :)
Baca Juga :
Post a Comment
Post a Comment