http://youtu.be/xC3p8C5X_ew
Faisal bin 'Abd al 'Aziz Al Sa'ud (1906 - 25 Maret 1975) yaitu Raja Arab Saudi yang menjabat mulai tahun 1964 hingga tahun 1975. Raja Faisal lahir di Riyadh dan merupakan anak keempat Raja Abdul Aziz Al Saud. Faisal juga keturunan eksklusif syaikh Muhammad Abdul Wahhab melalui ibunya. Di antara keluarganya, pendidikan Faisal terutama pendidikan agama tergolong menonjol.
Pada umur 16 tahun Faisal dipercaya menjadi pemimpin sebuah ekspedisi untuk menumpas pemberontakan sebuah suku di Asir, Hijaz bab Selatan. Kemudian pada umur 19 tahun ia menjadi komandan pasukan yang merebut kota Jeddah dari suku Hashemit, rival dinasti Arab Saudi. Ayahnya mengangkat Faisal menjadi Raja Muda Hijaz pada tahun 1926. Faisal mencapai puncak karir militernya pada tahun 1934 dengan suatu kenaikan pangkat yang cepat sehabis merebut pelabuhan Hoderida selama perang singkat melawan Yaman. Setelah Arab Saudi didirikan, beliau diberi jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada tahun 1932. Jabatan ini ia jalankan dengan cukup baik. Buktinya, saat membawakan pidato kenegaraan dalam KTT Perdamaian di Versailles, Prancis, kharisma kepemimpinannya berhasil memukau delegasi gila yang hadir di konferensi tersebut.
Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan relasi dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak. Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja sehabis Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Dalam pidato penobatannya Faisal mengatakan, "Saya memohon kepada Allah supaya berkenan melindungi kita. Kiranya kita kini sanggup memulai sebuah pekerjaan besar di atas suatu landasan yang kuat. Al-Qur'an tidak pernah menghalangi kemajuan. Allah bahagia kepada umatnya yang kuat. Mari kita lipatgandakan setiap perjuangan di semua bidang kehidupan untuk menyejahterakan kehidupan rakyat dan meletakkan negara dalam kedudukan yang terhormat."
Faisal dikenal sebagai raja yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dia lebih mengutamakan kepentingan rakyat (pro poor) daripada mengikuti ambisi pribadi dan golongan untuk memupuk emas dan tahta. Apalagi untuk korupsi. Hal ini terlihat saat tahun 1967 Raja Faisal menghapus kegiatan perbudakan dengan cara membayar budak-budak sewaan dari tangan majikan-majikannya. Ia rela membayar hingga 2800 dollar hanya untuk seorang budak. Raja Faisal juga melaksanakan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 kendaraan beroda empat Cadillac milik istana. Dananya dipakai untuk membangun sumur raksasa sedalam 1200 meter yang kemudian menjadi sumber mata air rakyat di lahan-lahan tandus di Semenanjung Arab.
Ia memimpin embargo minyak kepada negara-negara Barat. Akibatnya industri dan transportasi di negara Barat menjadi kacau. Rakyat Amerika dan Eropa mengantri panjang untuk mendapat BBM. BBM dijatah menyerupai Indonesia pada masa krisis. Akibatnya Amerika terpaksa menghentikan sementara bantuannya kepada Israel. Untuk mengatasi krisis Presiden AS Richard Nixon hingga turun tangan langsung. Ia segera mengunjungi Raja Faisal di negaranya pada bulan Juni 1974 dan memintanya menyerukan penghentian embargo minyak dan perang Arab-Israel.
Dengan penuh izzah Raja Faisal berkata,
"Tidak akan ada perdamaian sebelum Israel mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!"Alhasil Nixon pulang ke negaranya dengan tanpa hasil. Penolakan itu terang menciptakan Amerika merasa geram. Diam-diam mereka merencanakan sebuah operasi untuk menyingkirkan Raja Faisal.
Pada tanggal 25 Maret 1975 Faisal wafat, dibunuh oleh keponakannya sendiri Faisal bin Mus'ad di istananya. Mus'ad menyamar sebagai seorang delegasi Kuwait yang menunggu untuk bertemu dengan Raja Faisal. Saat Raja Faisal berjalan ke arahnya untuk menyambut, Faisal bin Musad mengeluarkan sepucuk pistol dan kemudian menembakkannya ke badan Raja Faisal sebanyak tiga kali. Penyelidikan resmi menyatakan pembunuhan itu dilakukan atas inisiatif Faisal bin Mus'ad sendiri. Namun banyak orang yakin, Amerika dengan CIA-nya berperan sebagai dalang pembunuhan itu.
Edited by Akhiy (@Zulfan_Afdhilla)
website: www.zulfanafdhilla.blogspot.com
Selanjutnya di www.almuwahhidunsunni.blogspot.com
Post a Comment
Post a Comment