Report Abuse

Stats

Comment

Ternyata, Tilawah Quran Lagam Seriosa Dibentuk Oleh Kristen Katolik

Post a Comment

Akhir-akhir ini kita sedang dilanda suatu tragedi alam besar dan ujian terhadap ummat Islam. Seperti yang kita lihat, perkembangan ummat ini semakin hari semakin mundur. Dengan ideologi kebebasan serta dengan sedikit olesan dalil-dalil penguat, seperti agama sanggup dimodifikasi sedemikian rupa seenaknya dan semaunya.

Dulu muncul dengan dzikir plus tarian yang kini masih hadir dan 'dianggap' lumrah bagi sebahagian kalangan kita. Dengan dalil yang demikian rupa sebagai pemanis, balasannya muncullah dzikir-dzikir kontemporer dengan alunan musik lebih modern yang kemudian saya sebut dengan nama disko dan rock.

Mereka kurang lebih terdiri dari lima orang dengan pakaian khas mereka berbalut serban hijau yang menebal seolaholah menegaskan bahwa mereka yakni penggalan dari sebuah aliran kebatinan yang tentu tidak aneh lagi bagi kita. Mereka juga menggunakan rompi hitam dan coklat dengan dalaman jubah yang berwarna putih. Walau tidak semua ibarat itu tapi saya percaya yang mereka gunakan itu yakni pakaian khasnya. Lalu seorang yang mereka sebut "syaikh" dengan tongkat beserta kertas, ntah apa yang tertulis tapi saya yakin itu barisan bait dzikir-dzikir mereka. Permainan pun dimulai dengan ucapan yang saya dengar khas bahasa arab yang kemudian kita kenal dengan ucapan dzikir. Seorang perjaka disamping itu kemudian menyetel alat yang beliau pegang, kemudian dengan gembiranya suka-suka memainkannya dengan irama melodi yang anda sebut musik.

Hal ini suatu yang lazim bagi mereka. Bahkan kalau anda berani menyalahkan mereka, sudah tentu anda akan dicap 'sesat' dengan gelar 'w' (saya yakin anda tau). Lalu, kalau anda sudak dilaqob oleh mereka, maka tidak ada yang akan percaya pada anda. Dan anda hanya sanggup membungkam spechless.

Saya tahu kelompok mana mereka itu saya tahu, tapi tidak perlu lah saya sampaikan nama apa itu yang tersemat. Apalagi, kemarin mereka memodifikasikan-nya dengan lebih ekstrim dipadu musik yang saya kenal dengan nama 'rock'. wah, wah semakin menciptakan geram.

Rasa itu terus saya pendam dalam hati dalam-dalam. Sebenarnya ingin saya sampaikan kepada dunia, tapi ada kekuatan besar yang menahan harapan saya. Apalagi banyak kini pemuda-pemuda yang gandrung musik. Don't Stop The Music  begitu kata mereka. Ah, sudah lah, jangan pula saya nanti yang menjadi alasannya yakni kemerosotan mereka.

Tapi saya yakin, tak itu saja. Saya yakin semua sudah dimodifikasi. Ada suatu majelis yang katanya "majelis sholawat". Iya sih mereka sholawatan, lihat, itu syekhnya dengan jubah putih bersorban dan berwibawa. Matanya tajam menegaskan kesahajaan, cara duduknya sedemikian rupa melambangkan kedigjayaan. Para penonton begitu asik dan terlenan dengan alunan musiknya. ah, apa ini?. sesuatu yang saya tidak percayai, itu ternyata sholawat kepada rasul yang 'dihiasi' irama dangdut. wah, wah..

Dan tidak perlu lah saya beritahu siapa mereka. Lalu kemarin hadir pula pembacaan tilawah quran dengan lagam jawa. Bagi orang awam sih, keren kelihatannya. Tapi lihatlah para ahl Alquran baik nasional dan intenasional menolak pembacaan ibarat itu. Tentu saja, ini agama global yang dengannya dipersatukan dalam lagam Arab pada kitab ummat yang satu yaitu Al-Quran.

Tapi sebelum itu sebetulnya saya sudah melihat yang lebih ekstrim dari yang ini. Yaitu pembacaan Al-Quran dengan lagam seriosa. Mereka membacakan Surah Al Hujuraat (49) Ayat 13 di Jakarta, Desember 2011. Sebenarnya sudah lama, kini aja lagi blow up kembali sehabis insiden lagam jawa itu.

Coba lihat dari tampilan mereka. Wajah-wajah yang sipit tanpa jilbab menciptakan perayaan begitu ambigu dengan tema. Tema simfony nya sih katanya TITAH. Anda akan terpana beberapa menit ketika melihat videonya. Hust, sadar! ini bukan Islam.

Loh kok bisa? lah walaupun mereka Islam maka tentu mereka sudah menghina fatwa Islam. Panas dalam hati terus begebu-gebu, apalagi saya yakni mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Pantang bagi kami untuk 'menjelek-jelekkan' Al-Quran.

Fakta jatidiri mereka sebetulnya sudah terlihat di menit-menit terakhir. Di credit nya sudah terpampang dengan terang siapa mereka. Tertulis "Batavia Madrigal Singers: Parahyangan Catholic University Student Choir". Sudah sanggup belum? tahu kan siapa mereka?



Sudah barang tentu kerjaan mereka untuk mengkristenkan Islam. Atau mungkin lebih tepatnya, meng-Katolikkan Islam. Jadi, salah satu ciri khas ibadah Yahudi dan Kristen itu terletak pada musik nya. Dalam agama Yahudi musik merupakan salah satu penggalan dari alat ibadah. Dalam agama Kristen maka anda akan mendapat piano didalam Gereja, kecuali pada sekte Orthodok di kawasan Syria dan Rusia mereka masih menggunakan alat yang sederhada dan tradisionil.

Musikalisasi Ayat Alquran ini yakni proses Kristenisasi Islam. Maksudnya fatwa Islam diupayakan sanggup disinkronisasikan kedalam fatwa Kristen. Melalui alat musik. dan anda pun tidak pelu kaget ketika melihat Bible dengan penulisan Arab dan membacanya juga ibarat tilawah Quran. Itu sudah lumrah pada penganut agama demikian di negeri-negeri jazirah sedemikian rupa. Ini kemudian yang menciptakan kita harus semakin peduli terhadap Al-Quran. apalagi banya pembajakan-pembajakan Al-Quran dengan pemalsuan-pemalsuan ini kemudian disusupi ajaran-ajaran 'mereka' didalamnya.

Oleh karenanya kita setuju, perbuatan mereka ini telah mencontreng agam Islam. Upaya mereka adalan penodaan dan penistaan agama yang kemudian kita semua bangun protes menantangnya.

Namun ada satu yang terlupakan, kenapa kalau ada model yang sama namun diperlakukan beda?. Maksud saya, kenapa kalau ada ummat Islam yang melagukan sholawat, menjogetkan dzikir, melagam nusantarakan Quran, serta memusikalisasikan Islam kita hanya membisu termengun manut dan angguk-angguk terima saja?.

Apakah mungkin lantaran disatu sisi pelakunya kalangan sendiri maka kita terima dan mereka yang buka kalangan kita kemudian kita kritisi?. Kemanakan idealisme ummat Islam sekarang?. Kita membutuhkan menganut yang benar-benar berpengang dengan berpengaruh dan akrab fatwa Islam secara murni dan berbeda dengan yang lainnya.

Bukan berarti saya mengiyakan apa yang diperlakukan 'mereka'. Tapi saya juga harus mempertanyakan kenapa saya harus membisu ketika 'mereka' yang melaksanakan walaupu mereka Islam?. Baik itu Al-Quran yang dinusantarakan maupun Islam yang dimusikalisasikan. Open your eyes and think smart!

Related Posts

Post a Comment