Report Abuse

Stats

Comment

Wasiat Sebelum Tidur

Post a Comment
Ali berkata, Fatimah mengeluhkan bekas alat penggiling yang dialaminya, kemudian pada dikala itu ada seorang tawanan yang mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Fatimah bertolak, namun tidak bertemu dengan beliau. Dia mendapat Aisyah, kemudian mengabarkan kepadanya. Tatkala Nabi Shallallu 'alaihi wasallamtiba, Aisyah mengabarkan kedatangan Fatimah kepada beliau.

Lalu dia mendatangi kami, yang kala itu kami hendak berangkat tidur. Lalu saya siap berdiri, namun dia berkata. 'Tetaplah di tempatmu'. Lalu dia duduk di tengah kami, sehingga saya bisa mencicipi dinginnya kedua telapak kaki dia di dadaku. Beliau berkata. 'Ketahuilah, akan kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu". (Hadits Shahih, ditakhrij Al-Bukhari 4/102, Muslim 17/45, Abu Dawud hadits nomor 5062, At-Tirmidzi hadits nomor 3469, Ahmad 1/96, Al-Baihaqy 7/293)
Wahai Ukhti Muslimah !
Inilah wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi putrinya yang suci, Fathimah, seorang pemuka para perempuan penghuni sorga. Maka marilah kita mempelajari apa yang bermanfa'at bagi kehidupan dunia dan alam abadi kita dari wasiat ini.
Fathimah merasa capai sebab banyaknya pekerjaan yang harus ditanganinya, berupa pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, terutama dampak alat penggiling. Maka dia pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta seorang pembantu, yakni seorang perempuan yang bisa membantunya.
Tatkala Fathimah memasuki rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia tidak mendapat beliau. Dia hanya mendapat Aisyah, Ummul Mukminin. Lalu Fathimah menyebutkan keperluannya kepada Aisyah. Tatkala dia tiba, Aisyah mengabarkan urusan Fathimah.
Beliau mempertimbangkan ajakan Fathimah. Dan, memang dia mempunyai beberapa orang tawanan perang, ada pula dari kaum wanitanya. Tetapi tawanan-tawanan ini akan dijual, dan hasilnya akan disalurkan kepada orang-orang Muslim yang fakir, yang tidak mempunyai tempat tinggal dan makanan kecuali dari apa yang diberikan Rasulullah. Lalu dia pergi ke rumah Ali, suami Fathimah, yang dikala itu keduanya siap hendak tidur. Beliau masuk rumah Ali dan Fathimah sesudah meminta ijin dari keduanya. Tatkala dia masuk, keduanya bermaksud hendak berdiri, namun dia berkata. "Tetaplah engkau di tempatmu". "Telah dikabarkan kepadaku bahwa engkau tiba untuk meminta. Lalu apakah keperluanmu?".
Fathimah menjawab. "Ada kabar yang kudengar bahwa beberapa pembantu telah tiba kepada engkau. Maka saya ingin biar engkau memberiku seorang pembantu untuk membantuku menciptakan roti dan adonannya. Karena hal ini sangat berat bagiku".
Beliau berkata. "Mengapa engkau tidak tiba meminta yang lebih engkau sukai atau lebih baik dari hal itu ?". Kemudian dia memberi instruksi kepada keduanya, bahwa kalau keduanya hendak tidur, hendaklah bertasbih kepada Allah, bertakbir dan bertahmid dengan bilangan tertentu yang disebutkan kepada keduanya. Lalu balasannya dia berkata. "Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu".
Ali tidak melupakan wasiat ini, hingga sesudah istrinya meninggal. Hal ini dikatakan Ibnu Abi Laila. "Ali berkata, 'Semenjak saya mendengar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, saya tidak pernah meninggalkan wasiat itu".
Ada yang bertanya. "Tidak pula pada malam perang Shiffin ?".
Ali menjawab. "Tidak pula pada malam perang Shiffin".
(Ditakhrij Muslim 17/46. Yang dimaksud perang Shiffin di sini yaitu perang antara pihak Ali dan Mu'awiyah di Shiffin, suatu tempat antara Irak dan Syam. Kedua belah pihak berada di sana beberapa bulan)
Boleh jadi engkau bertanya-tanya apa kekerabatan antara pembantu yang diminta Fathimah dan dzikir ?
Hubungan keduanya sangat terperinci bagi orang yang mempunyai hati atau pikiran yang benar-benar sadar. Sebab dzikir bisa memperlihatkan kekuatan kepada orang yang melakukannya. Bahkan kadang kala dia bisa melaksanakan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Di antara manfaat dzikir yaitu :
  1. Menghilangkan sedih dan kekhawatiran dari hati.
  2. Mendatangkan kegembiraan dan keceriaan bagi hati.
  3. Memberikan rasa nyaman dan kehormatan.
  4. Membersihkan hati dari karat, yaitu berupa lalai dan hawa nafsu.
Boleh jadi engkau juga bertanya-tanya, ada dzikir-dzikir lain yang bisa dibaca sebelum tidur selain ini. Lalu mana yang lebih utama ? Pertanyaan ini dijawab oleh Al-Qady Iyadh : "Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beberapa dzikir sebelum berangkat tidur, yang bisa dipilih berdasarkan kondisi, situasi dan orang yang mengucapkannya. Dalam semua dzikir itu terdapat keutamaan".
Secara umum wasiat ini mempunyai faidah yang agung dan banyak manfaat serta kebaikannya. Inilah yang disebutkan oleh sebagian ulama :
Pertama
Menurut Ibnu Baththal, di dalam hadits ini terkandung hujjah bagi keutamaan kemiskinan daripada kekayaan. Andaikata kekayaan lebih utama daripada kemiskinan, tentu dia akan memperlihatkan pembantu kepada Ali dan Fathimah. Dzikir yang diajarkan dia dan tidak memperlihatkan pembantu kepada keduanya, bisa diketahui bahwa dia memilihkan yang lebih utama di sisi Allah bagi keduanya.
Pendapat ini disanggah oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar. Menurutnya, hal ini bisa berlaku kalau dia mempunyai lebihan pembantu. Sementara sudah disebutkan dalam pengabaran di atas bahwa dia merasa perlu untuk menjual para tawanan itu untuk menafkahi orang-orang miskin. Maka berdasarkan Iyadh, tidak ada sisi pembuktian dengan hadits ini bahwa orang miskin lebih utama daripada orang kaya.
Ada perbedaan pendapat mengenai makna kebaikan dalam pengabaran ini. Iyadh berkata. "Menurut zhahirnya, dia hendak mengajarkan bahwa amal alam abadi lebih utama daripada urusan dunia, ibarat apapun keadaannya. Beliau membatasi pada hal itu, sebab tidak memungkinkan bagi dia untuk memperlihatkan pembantu. Kemudian dia mengajarkan dzikir itu, yang bisa mendatangkan pahala yang lebih utama daripada apa yang diminta keduanya".
Menurut Al-Qurthuby, dia mengajarkan dzikir kepada keduanya, biar ia menjadi pengganti dari do'a tatkala keduanya dikejar kebutuhan, atau sebab itulah yang lebih dia sukai bagi putrinya, sebagaimana hal itu lebih dia sukai bagi dirinya, sehingga kesulitannya bisa tertanggulangi dengan kesabaran, dan yang lebih penting lagi, sebab berharap mendapat pahala.
Kedua
Disini sanggup disimpulkan perihal upaya mendahulukan pencari ilmu daripada yang lain terhadap hak seperlima harta rampasan perang.
Ketiga
Hendaklah seseorang menanggung sendiri beban keluarganya dan lebih mementingkan alam abadi daripada dunia kalau memang dia mempunyai kemampuan untuk itu.
Keempat
Di dalam hadits ini terkandung kebanggaan yang konkret bagi Ali dan Fathimah.
Kelima
Seperti itu pula citra kehidupan orang-orang salaf yang shalih, lebih banyak didominasi para nabi dan walinya.
Keenam
Disini terkandung pelajaran perilaku lemah lembut dan menyayangi anak putri dan menantu, tanpa harus merepotkan keduanya dan membiarkan keduanya pada posisi berbaring ibarat semula. Bahkan dia menyusupkan kakinya yang mulia di antara keduanya, kemudian dia mengajarkan dzikir, sebagai ganti dari pembantu yang diminta.
Ketujuh
Orang yang banyak dzikir sebelum berangkat tidur, tidak akan merasa letih. Sebab Fathimah mengeluh letih sebab bekerja. Lalu dia mengajarkan dzikir itu. Begitulah yang disimpulkan Ibnu Taimiyah. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata. "Pendapat ini perlu diteliti lagi. Dzikir tidak menghilangkan letih. Tetapi hal ini bisa ditakwil bahwa orang yang banyak berdzikir, tidak akan merasa mendapat madharat sebab kerjanya yang banyak dan tidak merasa sulit, meskipun rasa letih itu tetap ada".
Begitulah wahai Ukhti Muslimah, wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disampaikan kepada salah seorang pemimpin penghuni sorga, Fathimah, yaitu berupa kesabaran yang baik. Perhatikanlah bagaimana seorang putri Nabi dan istri seorang shahabat yang mulia, harus menggiling, menciptakan campuran roti dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya. Maka mengapa engkau tidak menirunya ?

Related Posts

Post a Comment