Report Abuse

Stats

Comment

Yang Mesti Dijauhi Dikala Berpuasa

Post a Comment
Puasa nukan sekedar menahan haus dan lapar. Namun lebih dari itu, setiap orang yang berpusa mesti menahan mata, telinga, lisan, tangan serta semua anggoota tubuhnya dan semua yang dapat membatalkan nilai-nilai puasanya. Ketahuilah wahai orang yang diberi taufik untuk mentaati Rabbnya Jalla Sya'nuhu, yang dinamakan orang puasa yaitu orang yang mempuasakan seluruh anggota badannya dari dosa, mempuasakan lisannya dari perkataan dusta, kotor dan keji, mempuasakan lisannya dari perutnya dari makan dan minum dan mempuasakan kemaluannya dari jima'. Jika bicara, beliau berbicara dengan perkataan yang tidak merusak puasanya, sampai jadilah perkataannya baik dan amalannya shalih.
 
Inilah puasa yang disyari'atkan Allah, bukan hanya tidak makan dan minum semata serta tidak menunaikan syahwat. Puasa yaitu puasanya anggota tubuh dari dosa, puasanya perut dari makan dan minum. Sebagaimana halnya makan dan minum merusak puasa, demikian pula perbuatan dosa merusak pahalanya, merusak buah puasa sampai menimbulkan beliau menyerupai orang yang tidak berpuasa.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menganjurkan seorang muslim yang puasa untuk berhias dengan adat yang mulia dan shalih, menjauhi perbuatan keji, hina dan kasar. Perkara-perkara yang buruk ini walaupun seorang muslim diperintahkan untuk menjauhinya setiap hari, namun larangannya lebih ditekankan lagi dikala sedang menunaikan puasa yang wajib.
Seorang muslim yang puasa wajib menjauhi amalan yang merusak puasanya ini, sampai bermanfaatlah puasanya dan tercapailah ketaqwaan yang Allah sebutkan.
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kau semoga kau bertakwa" [Al-Baqarah : 183]

Karena puasa yaitu pengantar kepada ketaqwaan, puasa menahan jiwa dari banyak melaksanakan perbuatan maksiat menurut sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Puasa yaitu perisai"[1], telah kami jelaskan problem ini dalam belahan keutamaan puasa.
Inilah saudaraku se-Islam, amalan-amalan buruk yang harus kau ketahui semoga engkau menjauhinya dan tidak terjatuh ke dalamnya, bagi Allah-lah untaian syair:
Aku mengenal kejelakan bukan untuk berbuat buruk tapi
untuk menjauhinya
Barangsiapa yang tidak tahu kebaikan dari kejelekkan akan
terjatuh padanya

[1]. Perkataan Palsu

Dari Abu Hurairah, Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya" [Hadits Riwayat Bukhari 4/99]

[2]. Perbuatan Sia-Sia Dan Kotor
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah : Aku sedang puasa, saya sedang puasa " [Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 1996, Al-Hakim 1/430-431, sanadnya SHAHIH]
Oleh lantaran itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam dengan bahaya yang keras terhadap orang-orang yang melaksanakan perbuatan tercela ini.

Bersabda As-Shadiqul Masduq yang tidak berkata kecuali wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya.
"Artinya : Berapa banyak orang yang puasa, belahan (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)" [Hadits Riwayata Ibnu Majah 1/539, Darimi 2/211, Ahmad 2/441,373, Baihaqi 4/270 dari jalan Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah. Sanadnya SHAHIH]

Sebab terjadinya yang demikian yaitu lantaran orang-orang yang melaksanakan hal tersebut tidak memahami hakekat puasa yang Allah perintahkan atasnya, sehingga Allah memperlihatkan ketetapan atas perbuatan tersebut dengan tidak memperlihatkan pahala kepadanya. [Lihat Al-Lu'lu wal Marjan fima Ittafaqa 'alaihi Asy-Syaikhani 707 dan Riyadhis Shalihin 1215]
Oleh lantaran itu Ahlul Ilmi dari generasi pendahulu kita yang shaleh membedakan antara larangan dengan makna khusus dengan ibadah sampai membatalkannya dan membedakan antara larangan yang tidak khusus dengan ibadah sampai tidak membatalkannya. [Rujuklah : Jami'ul Ulum wal Hikam hal. 58 oleh Ibnu Rajab]

[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]

Related Posts

Post a Comment