Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” alasannya saat terjadi insiden isra` mi`raj, orang-orang mendustakan insiden tersebut, sedangkan Abu Bakar pribadi membenarkan.
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini menyampaikan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Al-Imam adz-Dzahabi sesudah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, ia meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang tiba dengan membawa kebenaran yaitu Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya yaitu Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menimbulkan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan jikalau saja saya mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan saya jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, kemudian bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu menentukan apa yang di sisi-Nya” kemudian Abu bakar menangis dan menangis, kemudian berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id berkata : “yang dimaksud hamba tersebut yaitu Rasulullah, dan Abu Bakar yaitu orang yang paling tahu diantara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak memperlihatkan pemberian kepadaku dengan harta dan persahabatannya yaitu Abu Bakar. Andaikan saya boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada komplemen : “selain rabb-ku”), pasti saya akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini yaitu persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).”(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu yaitu pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan saya (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin).(HR. Bukhari)
Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa saat Rasulullah wafat, Abu Bakar tiba dengan menunggang kuda dari rumah ia yang berada di tempat Sunh. Beliau turun dari binatang tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara hingga kesudahannya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua maut pada dirimu. Adapun maut yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.
Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata : “demi Allah, seolah-olah orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang mendapatkan ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar saat itu berkata : “Demi Allah, tampaknya saya gres mendengar ayat itu saat dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai saya tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga saya tertunduk ke tanah saat saya mendengar Abu Bakar membacanya. Kini saya sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera tidak boleh Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sesungguhnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, ia berkata : “Kami yaitu pemimpin, sedangkan kalian yaitu para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami yaitu pemimpin, sedangkan kalian yaitu para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) yaitu suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau yaitu sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar kemudian memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama hebat sejarah, Abu Bakar mendapatkan jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika ia telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang perempuan desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan saya akan tetap mendapatkan jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya saya berharap dengan jabatan yang telah saya sandang kini ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Wafatnya
Post a Comment
Post a Comment