Syarah Hadits Arbain Nawawi Ke 28 dan Terjemahannya Tentang Berpegang Pada Sunnah Nabi dan Khulafaurrasyidin
[Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676]
Pada sebagian sanad diriwayatkan dengan kalimat
“Sesungguhnya ini ialah hikmah dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal). Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami ?” Beliau bersabda, “Aku tinggalkan kau dalam keadaan terang benderang, malamnya ibarat siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa”
Penjelasan:
Sabda Rasulullah, “Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya kepada para pemegang kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kau seorang budak”, pada sebagian riwayat disebutkan budak habsyi.
Sebagian Ulama berkata, “Seorang budak tidak sanggup menjadi penguasa” kalimat tersebut sekedar perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, ibarat halnya sabda Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun ibarat kandang burung alasannya ialah Allah, pasti Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di surga”. Sudah tentu kandang burung tidak sanggup menjadi masjid, tetapi kalimat perumpaan ibarat itu biasa dipakai.
Mungkin sekali Rasulullah memberitahukan bahwa akan terjadinya kerusakan sehingga sesuatu urusan dipegang orang yang bukan ahlinya, yang kesudahannya seorang budak bisa menjadi penguasa. Jika hal itu terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk menghindari mudharat yang lebih besar serta bersabar mendapatkan kekuasaan dari orang yang tidak dibenarkan memegang kekuasaan, supaya tidak menjadikan fitnah yang lebih besar.
Sabda Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat dia yang mengabarkan kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi dia tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits minggu disebtukan dia pertanda hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa kedua orang itu mempunyai posisi dan daerah yang penting disisi Rosululloh .
Sabda Beliau, “Maka wajib atas kau memegang teguh sunnahku” sunnah ialah jalan lurus yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang jelas.
Sabda Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk” maksudnya mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4 orang, sebagaimana ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali ra. Rasululloh menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin alasannya ialah dua kasus : Pertama, bagi yang tidak bisa berpikir cukup dengan mengikuti mereka.
Kedua, menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama kalau terjadi perselisihan pendapat diantara para shahabat.
Sabdanya “ Jauhilah olehmu perkara-perkara yang gres “. Ketahuilah bahwa kasus yang gres itu ada dua macam.
Pertama, kasus gres yang tidak punya dasar syari’at, hal semacam ini bathil lagi tercela.
Kedua, kasus gres yang dilakukan dengan membandingkan dua pendapat yang setara, kasus gres semacam ini tidak tercela. Kata-kata “perkara gres atau bid’ah” arti asalnya bukanlah perbuatan yang tercela. Akan tetapi, kalau pengertiannya ialah menyalahi Sunnah dan menuju kepada kesesatan, maka dengan pengertian semacam itu menjadi tercela, sekalipun secara harfiah makna kata tersebut sama sekali tidak tercela, alasannya ialah Allah pun di dalam firman-Nya menyatakan : “Tidak tiba kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang gres dari Tuhan mereka” (QS. Al Anbiyaa’ :2)
Juga perkatan ‘Umar radhiallahu 'anhu : “Bid’ah yang sebaik-baiknya ialah ini”, yaitu shalat tarawih berjama’ah.
Post a Comment
Post a Comment