Report Abuse

Stats

Comment

Catatan Memaknai Hari Kemerdekaan

Post a Comment
17 Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka

Selama hayat masih di kandung badan
Kita setia tetap setia mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia membela negara kita.

Bait lagu karya H. Mutahar di atas sering kita nyanyikan di waktu sekolah dulu. Lagu ini mengingatkan kita kepada sebuah fakta sejarah. Bahwa hari itu, Jumat 17 Agustus tahun 1945, bapak proklamator Soekarno dan Muhammad Hatta, atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan kita bangsa Indonesia.

Hari itu Jumat 17 Agustus 1945, kita peringati sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Hari ini Jumat 17 Agustus 2018, genap sudah tujuh puluh tiga tahun kita merdeka. Catatan yang ingin saya sampaikan bukan wacana sebuah kebetulan, bahwa hari ini juga hari Jumat bertepatan dengan 17 Agustus tujuh puluh tiga tahun yang lalu. Catatan ini juga bukan ingin bertanya apakah kita sudah benar-benar merdeka dari penjajahan bangsa asing. Tapi catatan berikut ini lebih sebagai sebuah perenungan arti wacana peringatan hari kemerdekaan.

Catatan pertama, kemerdekaan kita diproklamasikan pada hari Jumat. Hari yang disebut sebagai hari istimewa dalam banyak hadis. Sayyidul ayyam, hari adam diciptakan, hari dihapuskannya dosa-dosa, hari raya setiap pekan dan banyak keistimewaan lainnya. Tidak hanya pada hari istimewa, tapi juga pada bulan istimewa,  sayyidussuhur bulan Ramadhan. Tepatnya 9 Ramadhan tahun itu. Kemerdekaan kita juga merupakan sebuah keistimewaan bagi bangsa ini. spesial alasannya yaitu hari itu kita resmi sebagai sebuah bangsa yang "merdeka, bersatu, berdaulat,..." . Kita proklamasikan kemerdekaan di hari Jumat. Kita nyatakan kepada dunia kemerdekaan kita pada bulan Ramadhan. spesial bagi bangsa ini, alasannya yaitu hari itu telah lahir sebuah negara yang berjulukan Indonesia.

Kedua, tanpa mengecilkan arti usaha para pendekar bangsa dari Aceh hingga Papua, kemerdekaan kita yaitu nikmat yang Allah berikan bagi bangsa ini. Hal itu dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disebutkan "atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa...". Sejarah mencatat bagaimana usaha anak bangsa dengan lafal Takbir mengusir penjajah. Mustahil kiranya jikalau bambu runcing sanggup menang melawan persenjataan modern para penjajah ketika itu. Perjuangan dengan bambu runcing itu didasari dengan semangat berjuang membela tanah air, berjuang membela kebenaran, usaha yang "didorong oleh cita-cita yang luhur". Demikian

Oleh alasannya yaitu itu nikmat ini mesti disyukuri. Hukum mensyukuri nikmat yaitu wajib. Ada banyak cara mensyukuri nikmat kemerdekaan. Kita sanggup mensyukuri kemerdekaan dengan memperingati hari kemerdekaan. Tentunya ungkapan syukur itu tidak terbatas pada program seremonial dan aktivitas perlombaan. Ungkapan syukur atas nikmat kemerdekaan juga sanggup dilakukan dengan merawat keragaman bangsa tanpa harus meninggalkan jati diri kita yang merupakan bab dari keragaman itu. Mensyukuri nikmat kemerdekaan juga dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Mensyukuri nikmat kemerdekaan juga dengan mengharumkan nama bangsa. 


Acara Perlombaan 17-an
Saat ini berlangsung perlombaan olah raga Asian Games. Para atlet yang berjuang atas nama bangsa yaitu mereka yang sedang berupaya mengapresiasi nikmat kemerdekaan. Tidak terbatas hanya dalam cabang lomba olah raga saja, para duta bangsa yang berlomba mengharumkan nama bangsa di hadapan bangsa lain--dengan lomba seni, budaya, termasuk lomba bidang keagamaan--adalah mereka yang mengharumkan nama bangsa guna mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia yaitu bangsa yang berdaulat. 

Ketiga, selain memaknai kemerdekaan sebagai sebuah kedaulatan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan bangsa lain, tidak salah juga kiranya andai kita memaknai kemerdekaan dengan membebaskan diri kita dari belenggu kemusyrikan dan penguasaan hawa nafsu.



Jika kita kaitkan peringatan kemerdekaan ini dengan hari raya idul adha yang akan kita rayakan beberapa hari ke depan, maka tentu kita harus memaknai ulang arti kemerdekaan bagi diri kita masing-masing. Tokoh utama yang sering disebut dalam hari raya idul adha yaitu Nabi Allah Ibrahim A.S. Kita kutip di antara serpihan cerita Ibrahim dalam Surah Al-An'am ayat 74 hingga 78. Di penghujung ayat Ibrahim berkata يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ. Wahai kaumku, sebetulnya saya berlepas diri dari apa yang kau sekutukan. Orang-orang jahiliah di masa Ibrahim mengagungkan dan menuhankan benda-beda langit ibarat bintang, bulan dan matahari. Mereka melakukan personifikasi yang kuasa (sengaja ditulis dengan abjad "t" kecil) dalam bentuk berhala yang mereka sembah. 

Tidak hanya Ibrahim, semua Nabi dan Rasul yang diutus Allah, termasuk Baginda Rasulullah diutus yaitu dalam rangka membebaskan insan dari keyakinan yang menuhankan berhala dalam segala bentuknya, menuju kemerdekaan keyakinan dengan ber-Tuhankan Rabbul 'alamin. Di periode modern, berhala itu sanggup dalam bentuk jabatan, pekerjaan, harta dan lain-lain. Kemerdekaan dan kebebasan beragama sejatinya yaitu memerdekakan dan membebaskan diri dari belenggu penyembahan kepada ciptaan, menuju penyembahan kepada Sang Pencipta.

Kita juga wajib melepaskan diri dari belenggu nafsu yang mengantarkan kita kepada dosa dan maksiat. Sudahkah diri kita benar-benar merdeka dari "penjajahan" nafsu? Jika belum, maka di antara usaha yang harus kita lakukan yaitu berjuang melawan "diri sendiri". Mari merdekakan diri kita dari penjajahan nafsu! Mari kita perhatikan hadis dari Fadholah bin 'Ubayd. Dia berkata, Ketika kejadian haji wada' Rasulullah bersabda

( أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ؟ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذَّنُوبَ )

Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Ahmad (23958), Ibn Hibban (4862), al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir (796), al-Hakim (24), Ibnu al-Mubarak dalam al-Zuhd (826), al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra (11794) dan al-Baihaqi dalam al-Syu'ab (10611). Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Tirmizi (1621), Ibn Majjah (3934) dengan lafal yang agak ringkas. Derjat hadis hadis ini dinilai shahih oleh al-Tirmizi, al-Hakin dan al-Albaniy.

Ada empat info yang disampaikan Baginda Rasulullah Saw kepada umatnya dalam hadis ini. Pertama, seorang mukmin yaitu orang yang dengan keberadaannya orang lain merasa aman, baik harta maupun diri mereka. Kedua, seorang muslim yaitu orang yang selamat orang lain dari ucapan dan perbuatannya. Ketiga, seorang mujahid yaitu orang yang berjihad melawan "dirinya" sehingga beliau menjadi pribadi yang taat kepada Allah. Keempat, seorang muhajir yaitu orang yang berhijrah dari kesalahan dan perbuatan dosa.

Dirgahayu Republik Indonesia.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!



Related Posts

Post a Comment