Report Abuse

Stats

Comment

Dahsyatnya Sebuah Amanah

Post a Comment


Sabda Rasulullah SAW: "Tidak tepat agama seseorang, jikalau beliau tidak sanggup menjaga dan memelihara "amanah".

Kisah ini terjadi pada zaman Rasulullah. Pada suatu ketika, ada seorang Badui Arab, ia tiba kepada Rasulullah SAW seraya bertanya: "Ya Rasulullah, kabarkan kepadaku mengenai anutan agama, apa yang teringan dan apa yang terberat?".

Rasulullah SAW menjawab: "Adapun anutan yang teringan yaitu, mengucapkan dua kalimat Syahadat dan adapun yang terberat ialah menjaga dan memelihara "amanah". Rasulullah melanjutkan lagi, "Tidak tepat agama seseorang, jikalau beliau tidak sanggup menjaga dan memelihara "amanah".

Para pemegang "amanah" yang sangat memilih ada lima kelompok, yaitu:

1. Pemimpin yang memegang "amanah" ialah pemimpin yang berlaku adil.

2. Ulama atau cendekiawan yang memegang "amanah", yaitu berupa ilmu yang harus diamalkan.

3. Hartawan yang memegang "amanah", ialah hartanya dalam pelaksanaannya dermawan.

4. Karyawan yang "amanah", rajin dan disiplin bekerja.

5. Fakir/miskin, "amanah"nya ialah do'a yang baik.

Rasulullah mengatakan, apabila kelima pemegang "amanah" ini sanggup melakukan "amanah"nya dengan baik, maka dunia akan tenang dan sejahtera tapi memang kita tidak merasaakan "amanah" itu berat. Padahal jikalau kita meninggalkannya atau menyia-nyiakann ya maka ia disebut dengan pengkhianat.

Dalam Surat Al-Anfal ayat 27, Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kau mengkhianati "amanah"-"amana h" yang dipercayakan kepadamu, sedang kau mengetahui."

Rasulullah juga bersabda dalam salah satu hadits: "Jika "amanah" itu sudah disia-siakan, tunggulah suatu kehancuran". Sahabat bertanya: "Apa yang dimaksud menyia-nyiakan "amanah"...?" Rasulullah SAW menjawab: "Salah satu bentuk menyia-nyiakan "amanah" ialah memperlihatkan kiprah kepadsa orang yang bukan andal di bidangnya."

Maka dari itu, "amanah" perlu dipelihara. Memelihara "amanah" yang baik dengan interaksi yang baik. Interaksi itu sendiri ada dua macam, yaitu interaksi vertikal dan interaksi horizantal.

Melaksanakan "amanah" dalam arti interaksi vertikal, yaitu menjalankan kiprah sebagai khalifah (pemimpin), insan diberikan kemudahan yang disediakan oleh Allah, yaitu berupa alam dan kekayannya yang ada di dalamnya, yang semua alam semesta ini sudah disusun segala sesuatunya dengan sebab-akibat (Sunatullah).

Dan begitu teratur. Segala sesuatu yang mempunyai ketentuan-keten tuan Allah. Semua faswilitas ini, yaitu alam dan isinya harus pula dipelihara sebagai "amanah" dari Allah kepada manusia, semoga anak-cucu kita sanggup merasakannya di kemudian hari.

Interaksi vertikal "amanah" dalam bentuk agama menuntun insan semoga sanggup menemukan jalan hidupnya menuju keselamatan, kesucian dan berserah diri kepada Allah. Karena Allah memberikan tuntunannya melalui para NAbi dan Rasul.

Penyampaiannya diubahsuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan nalar manusia, baik secara lokal maupun kondisional dan pada hasilnya secara Universal. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Almaidah ayat 3: "Hari ini saya sempurnakan bagimu agamamu."

Interaksi Horizontal dalam bentuk pengembangan dan bentuk fungsi nalar yang diberikan kepada insan semoga sanggup mengelola alam dan segenap isinya dengan baik sesuai dengan anutan Allah SWT.

Dengan nalar itu Allah memperlihatkan tuntunan untuk memecahkan permasalahan yang menyangkut dalam kehidupannya kepada insan secara Horizontal. Seharusnya insan ini harus sanggup memerangi fikirannya untuk menjadi umat pemecah masalah, bukan justru malahan menjadi masalah.

Karena masih banyak rahasia-rahasia Allah yang belum kita temukan, padahal kita mengakui bahwa kita ialah Islam yang mengandung arti: keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kepasrahan dan lain-lain.

Related Posts

Post a Comment