Terjemahan:
Berikut ini video klarifikasi Hadits Arbain ke 2 yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Somad, LC. MA
Penjelasan:
Hadits ini memperlihatkan adanya pola berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan higienis saat tiba kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, lantaran jibril tiba untuk mengajarkan agama kepada insan dalam keadaan menyerupai itu.
Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, kemudian ia berkata : Wahai Muhammad…..” yaitu riwayat yang masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya yaitu kedua lututnya.
Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan keyakinan yaitu dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam digunakan dengan makna keyakinan dan sebaliknya.
Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas tragedi tersebut, lantaran orang yang tiba kepada Rasulullah hanya dikenal oleh dia dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan tragedi itu.
Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, higienis dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melaksanakan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.
Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat yaitu hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.
Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur dalam memberikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, memberikan semua anutan yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan dihentikan dibeda-bedakan.
Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup sehabis mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jembatan antara nirwana dan neraka, serta adanya Surga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan Hadits Rosululloh.
Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah membuat kau dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49, “Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas, “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memperlihatkan suatu laba kepadamu, maka hal itu tidak akan kau peroleh selain dari apa yang Allah telah menetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melaksanakan suatu yang membahayakan dirimu, pasti tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang telah Allah menetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”
Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia yaitu mukmin sejati.
Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.
Kalimat, “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda dia : Budak wanita melahirkan anak tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan lantaran kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian gejala kiamat. Ada juga yang menyampaikan bahwa itu memperlihatkan kerusakan umat insan sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.
Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”
Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan lantaran merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak bisa mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya orang terhormat.
Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa usang sehabis orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal yaitu Rosululloh.
Kalimat, “Ia tiba kepada kau sekalian untuk mengajarkan agamamu” maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting yaitu klarifikasi islam, keyakinan dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Ta'ala.
Sesungguhnya keimanan seseorang sanggup bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, “Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya”. Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani menyampaikan bahwa ia mempunyai keimanan menyerupai halnya keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam”
Kata keyakinan meliputi pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, lantaran semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi daerah keimanan. Oleh lantaran itu kata Mukmin secara mutlak tidak sanggup diterapkan pada orang-orang yang melaksanakan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, lantaran suatu istilah harus memperlihatkan pengertian yang lengkap dan dihentikan dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan memakai kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina saat dia beriman dan tidak mencuri saat dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman saat berzina atau saat dia mencuri.
Kata islam meliputi makna keyakinan dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata keyakinan dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin yaitu muslim dan tidak setiap muslim yaitu mukmin” ia berkata, “pernyataan menyerupai ini sesuai dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan keyakinan dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama andal hadits dan lain-lain. Wallahu a’lam.
Post a Comment
Post a Comment