Report Abuse

Stats

Comment

Kesabaran, Pengorbanan Dan Keteladanan Ibrahim As

Post a Comment
Allahu Akbar  Allahu  Akbar  Allahu Akbar Wa lillahilhamd
Hari ini hampir di seluruh pelosok kawasan lantunan takbir, tahlil dan tahmid berkumandang. Karena hari ini ialah hari besar, hari agung, hari raya. Karena kebesaran hari raya ini, hari ini kita berkumpul di lapangan ini untuk menunaikan ibadah sunnah salat idul adha. Begitu besarnya hari raya ini, semua kita diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk tiba ke lapangan ini menyaksikan ramainya orang mengagungkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid. Sampai-sampai perempuan yang berhalangan secara syar’i pun dianjurkan oleh Baginda Rasulullah untuk hadir ke lapangan mensyiarkan hari raya, tapi tidak untuk ikut salat bersama kaum muslimin lainnya.

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِحْدَانَا لاَ يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا. [رواه الجماعة واللفظ لمسلم[.

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyyah bahwa ia berkata: Rasulullah saw memerintahkan kami supaya menyuruh mereka keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha: yaitu semua gadis remaja, perempuan sedang haid dan perempuan pingitan. Adapun wanita-wanita sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat shalat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya itu dan panggilan kaum Muslimin. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang kami yang tidak memiliki baju jilbab? Rasulullah menjawab: Hendaklah temannya meminjaminya baju kurungnya. [HR. al-Jama‘ah, lafal dari Muslim].

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd
Kita yang hari ini beramai-ramai tiba ke lapangan ini tentunya tiba sebab panggilan iman. Kita yang berhari raya tentunya sebab dasar iman. Kita yang berqurban tentunya sebab iman. Saudara kita yang hari ini sedang melakukan rangkaian ibadah haji juga tentunya sebab iman. Kita berharap, semua kita mudah-mudahan ialah orang-orang yang benar-benar beriman. 

Namun, sadarkah kita bahwa orang beriman, niscaya diuji imannya. Mengapa harus ada ujian keimanan? Layaknya ujian di dingklik sekolah. Ujian diberikan supaya kita naik kelas. Agar kita lulus dari tingkatan sekolah dasar untuk selanjutnya sanggup masuk ke tingkatan sekolah menengah hingga nantinya menamatkan pendidikan tinggi. Orang beriman diuji oleh Allah keimannanya dengan tujuan adakah ia benar dengan keimanannya? Kita yang beriman diuji, adakah kita membenarkan apa yang kita imani? Ataukah kita malah mendustai pemikiran agama yang kita yakini ini. 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah insan itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sebetulnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sebetulnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sebetulnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS: al-'Ankabut Ayat: 2-3)

Jika lolos dengan ujian Allah, barulah kita disebut sebagai pribadi yang benar-benar beriman. Jika tidak lolos dengan ujian keimanan, mungkin kita gres sekedar menyatakan keislaman kita di verbal atau bahkan mungkin hanya sekedar identitas di KTP saja. Bangsa Arab dari Bani Asad di zaman Nabi Muhammad Saw juga pernah menyampaikan keimanan mereka. Namun keimanan mereka itu disanggah oleh Allah dan mereka dicap gres sebatas berislam, belum beriman. Karena doktrin itu belum ada dalam diri mereka.

قالَتِ الْأَعْرابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمالِكُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٤) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتابُوا وَجاهَدُوا بِأَمْوالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (١٥
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, sebab doktrin itu belum masuk ke dalam hatimu; dan bila kau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu; sebetulnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (14) Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (15). (Qs. al-Hujurat: 14-15)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd
Selain ibadah salat Id, ada dua ibadah utama yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha dan hari tasyri’ yaitu ibadah haji dan ibadah kurban. Jika kita flashback tradisi ibadah ini dulunya merupakan ibadah dan syariat yang berkaitan bersahabat dengan seorang tokoh utama yaitu Nabi Ibrahim As. Melalui khutbah Idul Adha ini, sejenak mari kita renungkan dongeng Ibrahim AS dan keluarganya, supaya sanggup menjadi spirit dan motivasi penguat bagi kita dalam mengamalkan pemikiran agama ini baik dalam kapasitas kita selaku orang tua, selaku suami, isteri maupun selaku anak dari orang renta kita. Kita beri judul khutbah id ini dengan Kesabaran, Pengorbanan dan Keteladanan Ibrahim.

Melalui kutbah Idul Adha ini katib ingin memberikan paling tidak ada lima pelajaran dari kesabaran dan pengorbanan serta keteladanan dari sosok seorang Ibrahim dan keluarganya.

Pelajaran pertama yaitu kesabaran Ibrahim ketika diuji dengan ayah yang tidak beriman. Ujian itu dilalui Ibrahim dengan penuh kesabaran. Bahkan ada pengajaran yang sanggup kita teladani dari ujian dan kesabaran Ibrahim ini. Selain pelajaran kesabaran, Ibrahim ajarkan kepada kita bahwa betapa pun buruknya keadaan orang renta kita, kita mesti tetap respek, hormat dan sopan terhadap orang tua. Selengkapnya baca pelajaran pertama >> kesabaran Ibrahim dengan ujian orang tuanya

Pelajaran kedua dari penggalan dongeng Ibrahim ialah bagaimana Ibrahim ketika diuji oleh Allah dengan keberadaan kaumnya yang tidak beriman. Jika sebelumnya Ibrahim diuji dengan pengingkaran ayahnya terhadap pemikiran yang dibawa Ibrahim, maka pada ujian kedua ini Ibrahim diuji dengan kaumnya sendiri. Saking beratnya ujian ini, Ibrahim hingga dibakar oleh kaumnya sendiri. Selengkapnya baca pelajaran kedua >> kesabaran dan keteladanan Ibrahim menghadapi ujian berat dari kaumnya

Pelajaran ketiga ialah bagaimana kesabaran dan keteladanan Ibrahim dalam bermunajat dan berdoa kepada Allah. sehabis menikah, Ibrahim tidak eksklusif dikarunia Allah dengan kehadiran anak. Lama masa penantian Ibrahim untuk mendapat keturunan. Dalam masa panjang itu, ada pelajaran dari Ibrahim bahwa selain berusaha, kita mesti sepenuhnya menyandarkan pengharapan kita kepada Allah. Kita mesti dengan totalitas tawakal dan bermunajat kepada Allah. Apa pun ujian dan jalan hidup yang kita lalui, mestinya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Selengkapnya baca pelajaran kedua>> keteladanan Ibrahim dalam berdoa.

Pelajaran keempat dari Ibrahim ialah pelajaran wacana pengorbanan Ibrahim. syariat kurban yang kita laksanakan hari ini berbeda dengan syariat kurbannya Ibrahim. Jika Ibrahim diperintahkan oleh Allah berkurban dengan mengorbankan anaknya, tidak demikian dengan kita. Jika ada kita yang menyembelih anaknya dengan alasan mengikuti Ibrahim, maka itu ialah sebuah perbuatan dosa yang dihentikan oleh agama. Bukan demikian syariat kurban bagi kita. Syariat kurban bagi kita ialah dengan menyembelih binatang ternak. Selengkapnya baca pelajaran keempat >> Kurban Ibrahim, antara taat kepada Allah vs memberhalakan cinta.

Terakhir, pelajaran kelima dari penggalan dongeng Ibrahim ialah keteladanan keluarga Ibrahim. Selain sosok pribadi yang penuh kesabaran, Ibrahim juga ialah referensi sebagai seorang suami dan ayah yang baik. Ketika ketika ini sebagian kita mengalami krisis dalam keteladanan, maka selain meneladani Rasulullah saw, ada pemikiran keteladanan yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim. Tidak hanya Ibrahim, tapi juga keluarga Ibrahim, istri dan anaknya. Bukankah dalam ucapan salawat yang kita lantunkan setiap tahiyat salat kita kita bersalawat kepada Ibrahim dan keluarganya.Selengkapnya baca >> keteladanan keluarga Ibrahim.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd
Itulah beberapa pelajaran yang sanggup kita teladani dari sepenggal dongeng Ibrahim. Semoga sanggup kita amalkan.
____
Disampaikan pertama kali pada kutbah Idul Adha yang disampaikan di Kampung Kebet Kec. Bebesen kab. Aceh Tengah pada hari Rabu 10 Dzulhijjah 1439 H/ 22 Agustus 2018

Related Posts

Post a Comment