Report Abuse

Stats

Comment

Pentingnya Tugas Keluarga Dalam Pendidikan Di Kala Kekinian

Post a Comment
anak yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai  Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian

Diluar sana masih sangat banyak bawah umur yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai "pendidik".

Kenapa demikian?

Seperti yang kita ketahui, di zaman yang sangat kompetitif ini, suami dan istri rata-rata mereka bekerja.

Dampaknya?

Mereka tidak punya waktu yang cukup untuk bawah umur mereka, sehingga mereka tidak mencicipi tugas keluarga dalam pendidikan mereka.

Akibatnya?

Masa depan mereka terancam...

Lho, tapi apa tujuan dari artikel kali ini?

Nah, pada artikel kali ini saya akan membahas tugas penting keluarga dalam pendidikan di kurun kekinian. Nah maka dari itu, mari simak artikel ini hingga selesai....

Fungsi dari Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

Apa fungsi keluarga dalam pendidikan?

Seberapa penting tugas keluarga dalam pendidikan?

Ok, mari kita kupas satu demi satu....

Ohh iya, Sebelum kita melangkah lebih jauh, sebaiknya kita bahas terlebih dahulu mengenai, Apa itu keluarga?
Keluarga yaitu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu daerah di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[Source: id.wikipedia.org]

Keluarga menurut Menurut Salvicion dan Celis (1998):
Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung lantaran korelasi darah, korelasi perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam kiprahnya masing-masing dan membuat serta mempertahankan suatu kebudayaan. [Source: id.wikipedia.org]
Lalu apa pengertian keluarga berdasarkan undang-undang?

Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 ihwal Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 yang berbunyi:
Keluarga yaitu unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda). [Source: id.wikipedia.org]
Berdasarkan definisi keluarga di atas sanggup disimpulkan bahwa:

Keluarga merupakan lingkup terkecil dari masyarakat, dengan kata lain, sebelum seorang anak mengenal dunia luar atau masyarakat secara utuh, unit terkecil inilah (keluarga) yang memilih mau menyerupai apa bawah umur mereka saat berada di luar sana.

Dengan cara apa keluarga memilih "mau menyerupai apa" bawah umur mereka nanti?

Tentu saja melalui cara mereka mendidik.

Nah, ini beliau tugas dari keluarga yang sesungguhnya, yaitu sebagai "pendidik" (sebelum dididik oleh guru-guru di sekolah)

Hal itu sesuai dengan perkataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA),Yohana Yembise yang mengatakan:
“Baik buruknya keluarga akan menjadi cerminan bagi masa depan anak. Baik buruknya karakter/perilaku anak di masa tiba sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan keluarganya dan lingkungan terdekatnya” ujar Yohana [Source: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id]
Apa maksud dari perkataan Menteri PPPA?

Nah, maksud dari perkataan Menteri PPPA adalah:

Anak-anak secara tidak eksklusif maupun secara eksklusif akan menggandakan apapun yang mereka lihat dari orang tuanya, bahkan yang mereka lihat dari orang tuanya mereka jadikan suatu kebiasaan.

Dengan demikian, itu akan berdampak pada baik buruknya kerakter/perilaku anak di masa mendatang.

Dengan begitu, kita sanggup menyimpulkan bahwa keluarga mempunyai fungsi dan tugas yang sangat penting bahkan bisa disebut sebagai penentu "mau menyerupai apa" bawah umur mereka di masyarakat nantinya.

Maksudnya?

Nah, untuk memilih "mau menyerupai apa anak anda nantinya" tentu sebagai orang tua, anda harus menjaga ke-enam fungsi dari tugas keluarga semoga tetap berjalan beriringan atau selaras.

Tapi, apa saja itu?

Ini beliau ke-enam fungsi keluarga [bagi anak]:
  1. sosial;
  2. ekonomi;
  3. protektif;
  4. rekreatif;
  5. afektif; dan
  6. edukasi;
Itu semuanya harus berjalan beriringan, dengan kata lain, harus seimbang.

Kenapa?

Tentunya apabila salah satu dari fungsi-fungsi tersebut  tidak selaras, tentunya itu akan berdampak pada anak.

*Kemudian muncul pertanyaan gres lagi...

Lalu, bagaimana cara menjaga ke-enam fungsi keluarga [bagi anak], semoga tugas dari keluarga bisa benar-benar maksimal?

Tentunya dengan menerapkan beberapa cara dibawah ini...

Kolaborasi

anak yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai  Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian
source: www.huffingtonpost.com
Nah, unsur yang satu ini merupakan salah satu jembatan yang sanggup mendekatkan kedua belah pihak (orang bau tanah dan anak).

Kenapa harus ada kerja sama antara anak dan orang tua?

Begini alasannya:

Agar seorang anak tidak terjerumus ke jalan yang salah yang disebabkan oleh buruknya korelasi orang bau tanah dan anak, tentu anda (sebagai orang tua) harus membangun suatu korelasi yang baik antara orang bau tanah dan anak.

Dengan cara apa?

Tentu dengan bekerja sama alias berkolaborasi antara anak dan orang bau tanah dengan tujuan, membangun korelasi baik antara orang bau tanah dan anak.

Lalu bagaimana cara penerapannya?

Sederhana, contohnya:

Ketika anda menyuruh anak anda untuk melaksanakan sesuatu, anda tidak bisa hanya duduk dan sibuk dengan urusan anda sendiri.

Sebagai gantinya, anda harus turun tangan dan bekerja sama dengan anak anda sekaligus memperlihatkan referensi tentang, bagaimana cara melaksanakan "ini" dengan baik dan benar.

Dengan begitu, korelasi orang bau tanah dan anak dengan sendirinya akan terjalin dengan baik.

Sebaliknya:

Apabila anda hanya menyuruh anak anda tanpa ikut serta atau berkolaborasi dengan anak anda, maka kesudahannya akan berbeda, bahkan si anak akan malas untuk melaksanakan apa yang anda perintahkan.

Disisi lain, kerja sama juga bisa diterapkan dalam melaksanakan suatu hobi atau kegemaran, sebagai contoh:
  • Mancing bareng; atau
  • Olahraga: Sepak bola, bulutangkis, dll
Sederhana bukan?

Ok, jikalau begitu mari kita lanjut ke cara selanjutnya...

Komunikasi

anak yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai  Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian
source: blog.asha.org
Kita tau bahwa komunikasi merupakan unsur yang sangat mendasar semoga seseorang sanggup berbaur dengan orang lain, bahkan masyarakat secara luas.

Disamping itu, komunikasi orang bau tanah dan anak juga harus lebih diperhatikan...

Kenapa?

Hal itu dikarenakan, baik atau buruknya komunikasi antara orang bau tanah dan anak akan memilih "seorang anak mau jadi apa nantinya di luar sana".

Sama menyerupai yang sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa orang bau tanah merupakan (salah satu faktor) penentu mau jadi apa anak mereka nantinya.

Melalui apa?

Tentu salah satunya melalui komunikasi...

Berdasarkan salah satu artikel di sahabatkelaurga.kemdikbud.go.id yang berjudul, "Anak Merasa Minder? Begini Cara Mengatasinya" menjelaskan bahwa:

Apabila seorang anak merasa minder, maka itu akan berdampak pada perkembangan psikologisnya, selain itu, rasa minder juga sanggup berdampak jelek pada prestasi belajarnya.

Nah, rasa minder ini terjadi lantaran beberapa faktor, yaitu:
  • lingkungan (eksternal); dan
  • keluarga (internal)

Lalu apa yang menjadikan anak merasa minder?

anak yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai  Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian
source: tribuneindia.com
Penyebab anak merasa minder bahwasanya sering kita temui, hanya saja, kebanyakan tidak sadar bahwa "itu semua" merupakan pemicu dari problem ini (penyebab anak merasa minder).

Tapi apa aja sih yang menjadikan anak merasa minder?

Ini beliau jawabnnya:

Seorang anak mulai merasa minder apabila beliau tidak dipercaya, tidak boleh (terlalu banyak larangan), dan diremehkan.

Bukan cuma itu,

Penyebab lainnya juga bisa tiba dari cara orang bau tanah mendidik bawah umur mereka, contohnya saja si orang bau tanah terlalu banyak membuat larangan, menentang, memarahi apabila berbuat kesalahan, lebih parahnya apabila orang bau tanah membanding-bandingkan bawah umur mereka dengan orang lain.

Untuk penyebab-penyebab lainnya:

Biasanya sering terjadi akhir bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya, trauma akhir dikucilkan, atau bisa juga dikarenakan trauma lantaran pernah gagal melaksanakan sesuatu.

Lalu bagaimana cara mengatasi rasa minder pada anak?

Caranya cukup sederhana, berikut cara-caranya:

1. Berikan kebanggaan atau penghargaan

Ketika anak anda telah melaksanakan suatu pencapaian, sebaiknya berikanlah kebanggaan kepada anak anda.

Sebab, hal itu akan memperlihatkan efek baik pada anak.

Memang terdengar sederhana, tapi memang benar, memperlihatkan kebanggaan sanggup memperlihatkan imbas baik pada psikologis anak.

Nah, maka dari itu jangan pelit kebanggaan kalo sama si buah hati...

Selain memperlihatkan kebanggaan kepada anak, cobalah untuk memperlihatkan penghargaan kepada anak anda, sebagai contoh, memperlihatkan apa yang anak anda inginkan.

Sederhana bukan? Ok, mari kita lanjut ke langkah selanjutnya...


2. Berikan proteksi dan semangat

Disamping kebanggaan dan penghargaan, proteksi dan semangat juga sangat diharapkan bagi psikologis anak.

Lalu bagaimana caranya?

Mudah! Anda hanya perlu mendukung apa yang beliau inginkan, selama itu positif, berikan proteksi dan semangat semoga beliau bisa mendapat apa yang beliau inginkan

Selain itu, apabila keadaan tidak memungkinkan, berikan pemahaman mengenai risiko dan laba dari apa yang si anak inginkan serta berilah nasehat tanpa membuatnya merasa pesimis dan takut.


3. Jangan sesekali berkata kasar

Ketika anak melaksanakan kesalahan, jangan menghujatnya, terlebih memakai kata-kata berangasan lantaran itu akan menjadikan anak merasa minder.

Kenapa?

Hal itu dikarenakan, bawah umur belum bisa mengontrol emosinya, sehingga saat anak mendengar hujatan dari seseorang, terutama orang bau tanah mereka maka mereka eksklusif menganggap bahwa hujatan tersebut benar.

Maksudnya, saat orang bau tanah berkata berangasan kepada anak misal "bodoh", maka si anak akan menganggap bahwa dirinya benar-benar bodoh.

Nah, maka dari itu, untuk menghindari hal tersebut jangan sekali-kali berkata berangasan dengan anak.

Ok sekarang, mari kita lanjut ke cara selanjutnya...


4. Membantu berbagi bakat

Rasa minder tiba lantaran anak tidak mempunyai rasa percaya diri pada kemampuannya.
Nah, solusinya...

Sebagai orang bau tanah anda harus membuat anak merasa percaya diri dengan kemampuannya...

Dengan cara apa?

Tentunya dengan membantu mereka berbagi talenta yang mereka miliki, sebagai contoh:

Anak punya hobi bermain bola...

Untuk mendukung talenta yang beliau punya, anda hanya perlu membantunya dengan cara mengikut sertakan anak ke sekolah sepak bola misalnya.

Selain itu, apabila keadaan tidak memungkinkan, cukup perbolehkan beliau untuk bersenang-senang dengan hobinya (asal jangan hingga lupa waktu).

Untuk langkah terakhir...

5. Latihlah anak untuk berani berbicara kepada orang lain dan berikan contoh

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, anak secara eksklusif maupun secara tidak eksklusif akan menggandakan apa yang orang tuanya lakukan.

Apa maksudnya?

Untuk melatih anak semoga berani berbicara dengan orang lain caranya cukup sederhana, yaitu dengan memperlihatkan referensi ihwal bagaimana berbicara kepara orang lain, contohnya menyapa dan berbaur dengan tetangga.

Dengan begitu, hal tersebut akan ditiru oleh anak...

Dampaknya?

Tentu saja anak akan terbiasa berbicara dengan orang lain, termasuk menyapa orang-orang di sekitarnya.

Nah, jadi itu semua yaitu cara bagaimana untuk mengatasi rasa minder pada anak.

Tambahan

Membebaskan Anak dalam Berkreasi & Berinovasi

anak yang nyaris tidak mencicipi kehadiran orang bau tanah mereka sebagai  Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian
source: www.scarymommy.com
Di kurun ini, kreasi-kreasi gres yang tentunya inovatif sangat dibutuhkan...

Terlebih, persaingan diluar sana sangat lah ketat...

Lalu apa yang harus dilakukan orang bau tanah untuk menghadapi persaingan ketat di kurun kekinian?

Jawabannya:

Tentunya dengan membebaskan anak dalam berkreasi dan berinovasi dengan ide-ide nya, ya... walaupun konyol tapi harus tetap dalam pengawasan orang tua.

Tujuannya?

Tujuannya adalah, semoga anak sanggup merealisasikan ide-ide yang ada dipikiran mereka. Memang itu terdengar aneh, tapi dari sanalah kreasi, inovasi, ide, dan penemuan gres bermula.

Tapi dengan cara apa?

Sederhana...

Ketika anak gemar membuat coretan-coretan di dinding, cobalah untuk mengalihkannya di selembar kertas kosong dan biarkan beliau bebas dalam membuat coretan-coretan di kertas kosong tersebut.

Selain itu,

Anda juga bisa memperlihatkan anak mainan bongkar pasang menyerupai LEGO.

Bukan cuma itu, anda juga bisa mengajaknya untuk mengeksplor dan mengamati tempat-tempat gres saat berlibur.

Nah, dengan begitu rasa antusias anak dengan hal gres akan bertambah, di sisi lain, pertanyaan-pertanyaan gres mengenai hal-hal gres tersebut akan muncul di pikiran mereka.

Nah... pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan membawa mereka menuju ke langkah yang lebih jauh.
Perlu diingat: itu semua tentunya harus dalam pengawasan orang tua

Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4877
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4805

Sumber Gambar
www.huffingtonpost.com
blog.asha.org
tribuneindia.com
www.scarymommy.com

Penutup

Sekian unuk artikel yang berjudul "Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan di Era Kekinian", semoga bermanfaat bagi kita semua.

Mohon maaf apabila ada kesalahan didalam penulisan artikel  ini, saya sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian semoga saya selaku penulis sanggup membuat artikel yang lebih baik lagi.

Akhir kata:

Cukup sekian dan terima kasih.


#sahabatkeluarga

Related Posts

Post a Comment