Report Abuse

Stats

Comment

Jangan Sepelekan Pengemis

Post a Comment
 
Pagi itu sebuah SMS masuk ke handphone Bu Salamah, dari suami ia yang bekerja di Malaysia. Isinya pemberitahuan bahwa uang kebutuhan keluarga bulan Nopember telah ditransfer. Kontan saja SMS itu menciptakan Bu Salamah sumringah. Maklum, semenjak beberapa hari terakhir, ia memang sangat menungu-nunggu kabar tersebut. Terlebih anak ia tertua yang masih kuliah. Ditambah lagi kebutuhan dua anaknya yang lain. Seperti pepatah, pucuk dicinta ulam pun tiba, dengan semangat Bu Salamah bergegas menuju Bank BNI cabang Gresik.

Jarak rumah Bu Salamah sendiri dengan Bank BNI tidak bisa dikatakan dekat, kira-kira 1 jam perjalanan. Untuk itu, ibarat bulan-bulan sebelumnya, ia memanfaatkan satu-satunya Bus yang mempunyai trayek ke sentra kota semen tersebut.

"Assalamu'alaikum...Bapak dan Ibu yang saya hormati...." Tiba-tiba muncul seorang anak kecil berpakaian kumal di tengah-tengah penumpang bus yang sedang melaju. Dari pengakuannya, ia yaitu anak yatim yang memerlukan sedikit uang untuk sekedar membeli nasi pengisi perut. Setelah memberikan "prolog" singkat, anak tersebut segera menengadahkan tangan kepada setiap penumpang.

Ketika datang di dingklik Bu Salamah duduk, mata anak itu terbelalak senang dan bahagia. Didapatinya lembar uang lima ribuan yang disodorkan oleh Bu Salamah. "Alhamdulillah, suwun Bu...suwun Bu....," ucapnya pelan dan hatinya begitu gembira. Ia pun berlalu menuju deret terakhir dingklik bus tersebut.
" Oalah Bu..Bu,,,anak ibarat itu kok dipercaya? diberi uang lagi..., numan (ketagihan) lho...??!!" cetus seorang perempuan muda yang duduk di sebelah Bu Salamah.

Bu Salamah terkaget dan menoleh ke sumber suara. "Tak apa Mbak,,kasihan khan??? cuma lima ribu. Yah,,dari pada nanti dia mencuri atau......" Bu Salamah tak melanjutkan kata-katanya, dan segera mengucap "Astaghfirullah.."
" Saya malas Bu, ngasih uang kepada belum dewasa ibarat itu. Mereka banyak bohongnya. Oh ya, Ibu mau kemana?."
"Ke Bank juga.."
"BNI?"
"Ya.."
"Berarti kita satu tujuan, Mbak."

Pukul dua siang lewat lima belas menit, Bu Salamah dan Indah, perempuan muda itu keluar dari Bank BNI. Mereka segera mencari angkot yang akan membawa mereka ke halte dimana bus biasa ngetem menunggu penumpang. Tanpa mereka sangka, seorang lelaki tegap bergelang akar bahar di tangan kanannya, dengan aroma menyengat minyak wangi Arab menepuk bahu mereka. Dan, dengan ramah lelaki tersebut memperlihatkan tumpangan gratis hingga ke rumah.
Pada mulanya Bu Salamah menolak usulan itu alasannya yaitu ia mencium gelagat yang tidak beres. Tetapi alasannya yaitu Indah mendesaknya maka terpaksa beliaupun turut serta. Ya, Indah ibarat kerbau yang dicucuk hidungnya oleh kata-kata elok lelaki tersebut.

Masuklah mereka berdua ke dalam kendaraan beroda empat lelaki tersebut. Apa yang terjadi? ternyata di dalam kendaraan beroda empat sudah ada tiga lelaki lain. Mobil segera melaju. Di tengah-tengah perjalanan, tidak henti-hentinya mereka merayu Indah dan Bu Salamah.

"Sepertinya cincin dan kalung Mbak ini mahal ya? boleh saya lihat?.kata salah seorang dari mereka.

Dan, Indah pun meyerahkannya. Termasuk kesannya Indah memberikan tas yang berisi uang yang gres saja diambilnya dari Bank BNI.
Para lelaki itu telah bisa memperdaya Indah, bagaiman dengan Bu Salamah? Ibu tiga anak ini ibarat mendapat kekuatan untuk melawan dampak mantra mereka sehingga merekapun kesannya marah.

Bu Salamah tidak sudi menyerahkan satu perhiasanpun apalagi tas berisi uang yang gres saja diambilnya itu. Akhirnya mereka menghentikan kendaraan beroda empat tersebut dan memaksa kedua perempuan itu turun, kemudian kendaraan beroda empat itupun tancap gas.
Sesaat sesudah itu, sadarlah Indah jikalau ternyata ia terkena gendam. Indah menangis sejadi-jadinya dan meratapi kebodohannya. Bu Salamah kemudian menghiburnya, kemudian ia pribadi teringat akan bencana tadi pagi.

"Subhanalloh, jangan-jangan sedekah lima ribu kepada anak yatim itu yang mengundang sumbangan Alloh SWT atas diriku..?" ucapnya lirih.

Related Posts

Post a Comment