![]() |
Kisah Sebatang Bambu |
Suatu hari datanglah sang petani yang mempunyai pohon bambu itu. Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa kanal air, yang sangat berkhasiat untuk mengairi sawahku?"
Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu saya mau kalau sanggup berkhasiat bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kamu lakukan untuk membuatku menjadi pipa kanal air itu."
Sang petani menjawab, "Pertama, saya akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu saya akan membuang cabang-cabangmu yang sanggup melukai orang yang memegangmu. Setelah itu saya akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir saya akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, agar air sanggup mengalir dengan lancar. Apabila saya sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam sanggup tumbuh dengan subur."
Mendengar hal ini, batang bambu usang terdiam....., kemudian ia berkata kepada petani, "Tuan, tentu saya akan merasa sangat sakit saat engkau menebangku. Juga niscaya akan sakit saat engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi saat engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan niscaya tak tertahankan saat engkau mengorek-ngorek potongan dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah saya akan berpengaruh melalui semua proses itu, Tuan?"
Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau niscaya berpengaruh melalui semua itu, sebab saya memilihmu justru sebab engkau yang paling berpengaruh dari semua batang pada rumpun ini. Kaprikornus tenanglah."
Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berkhasiat bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kamu kehendaki."
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, sekarang telah menjelma pipa kanal air yang mengairi sawahnya sehingga padi sanggup tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan problem yang tiba silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah dihadapan-Nya? Sama menyerupai batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang menciptakan kita tepat untuk di pakai menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita niscaya berpengaruh sebab Allah tak akan memperlihatkan beban yang tak bisa kita pikul.
(Oleh : arum )
Foto: Sebatang Bambu Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang mempunyai pohon bambu itu. Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa kanal air, yang sangat berkhasiat untuk mengairi sawahku?" Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu saya mau kalau sanggup berkhasiat bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kamu lakukan untuk membuatku menjadi pipa kanal air itu." Sang petani menjawab, "Pertama, saya akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu saya akan membuang cabang-cabangmu yang sanggup melukai orang yang memegangmu. Setelah itu saya akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir saya akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, agar air sanggup mengalir dengan lancar. Apabila saya sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam sanggup tumbuh dengan subur." Mendengar hal ini, batang bambu usang terdiam....., kemudian ia berkata kepada petani, "Tuan, tentu saya akan merasa sangat sakit saat engkau menebangku. Juga niscaya akan sakit saat engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi saat engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan niscaya tak tertahankan saat engkau mengorek-ngorek potongan dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah saya akan berpengaruh melalui semua proses itu, Tuan?" Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau niscaya berpengaruh melalui semua itu, sebab saya memilihmu justru sebab engkau yang paling berpengaruh dari semua batang pada rumpun ini. Kaprikornus tenanglah." Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berkhasiat bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kamu kehendaki." Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, sekarang telah menjelma pipa kanal air yang mengairi sawahnya sehingga padi sanggup tumbuh dengan subur dan berbuah banyak. Pernahkah kita berpikir bahwa dengan problem yang tiba silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah dihadapan-Nya? Sama menyerupai batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang menciptakan kita tepat untuk di pakai menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita niscaya berpengaruh sebab Allah tak akan memperlihatkan beban yang tak bisa kita pikul. (Oleh : arum )
Post a Comment
Post a Comment