Report Abuse

Stats

Comment

Baca Untuk Lebih Bersyukur

Post a Comment
Subhanallah, Maha Suci Engkau Yaa Robb
Jadikan kami semua jadi lebih sayang mencintai dan lebih kasih mengasihi atas semua yang ENGKAU ciptakan.

Dengan rasa tersentuh rasa iba yang mendalam begitu membaca dari salah satu media online tribunnews.
semoga dengan kisah ini kita semakin sanggup bersyukur dan saling sayang mencintai kepada siapapun, semua makluk hidup terutama keluarga kita. amin...



Dua balita di Kota Manado ini, pundak membahu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa pinjaman siapa pun. Termasuk sang bunda, yang justru menelantarkan mereka.



DARI jauh, bangunan berukuran sekitar 4 x 7 meter yang beratap terpal plastik itu sepintas ibarat rumah.

Namun, ketika mendekat, bangunan itu lebih ibarat tenda penampungan, kumuh. Ditopang beberapa tiang, beberpa lapis dinding dari kayu, namun tanpa jendela dan pintu.



Ada ruang kecil di kepingan belakang yang posisinya lebih tinggi, ditopang papan. Namun, lagi-lagi jauh dari sebutan sebuah kamar tidur, sebab ayam, angsa dan anjing juga masuk di ruangan itu. Mungkin lebih layak disebut kandang.  
Di dalam bangunan itu, terlihat barang-barang ibarat panci, piring, kain-kain kotor dan sejumlah barang-barang lainnya berserakan. Tak jauh berbeda dengan halaman, berantakan potongan seng bekas atap, botol-botol beling dan batang-batang kayu. Sejumlah baju kotor bertumpuk di sudut bangunan, beberapa lainnya berantakan di tanah.

Bangunan itu ialah kediaman dua bocah, Ramadhan (3) dan Nona (4,5). Mereka tinggal di bangunan ini semenjak tiga tahun lalu. Letaknya di atas sebuah bukit kosong, tak jauh dari Perumahan Telkom, Kalasey.  
Kedua bersaudara ini, harus menghidupi diri sendiri sepanjang hari sebab ibu mereka, Martha, diduga menelantarkan. Nona pagi-pagi sudah pergi dari rumah untuk bekerja, dan gres kembali malam hari.
Empat ekor anjing eksklusif menyalak keras, dua ekor di antaranya yang terikat terlihat meloncat-loncat hendak menyerang sambil membuka lisan memperlihatkan giginya.

Anjing-anjing itu, ibarat terganggu dengan kedatangan sejumlah warga. Karena takut, mereka hanya berdiri sekitar dua meter dari anjing-anjing itu, sebagian membawa tongkat untuk menakut-nakuti binatang peliharaan itu.
"Ramadhan, Nona mari sini. Ramadhan, Nona, kamari jo. Napaini ada gula-gula," ujar seorang warga, Selasa (26/11/2013).

Anjing-anjing terus menyalak keras, bising sekali. Tak lama, Ramadhan muncul dan berdiri di antara sejumlah anjing dan bebek. Ia tampaknya kebingungan. Beberapa kali terlihat akan terjatuh,  namun ia berpegangan pada  tiang.
Sepertinya lututnya lemas. Kemudian ia berjalan tanpa bantalan kaki,  mendekat sejumlah warga. Baru beberapa langkah, ia terlihat ibarat akan terjatuh.
Ramadhan hanya menggunakan kaos, tak menggunakan celana. Bajunya penuh kotoran, ada lumpur, sampai kotoran angsa menempel. Aromanya tidak sedap. Tangannya terus menggaruk-garuk, sekujur tubuhnya dipenuhi luka-luka kecil yang terus ia garuk.
Ada luka tabrakan di bibir, kepala dan beberapa titik di kaki. Beberapa luka terlihat sudah memutih, kemungkinan luka lama. Ia tak berbicara sepatah pun, tangannya beberapa kali menutup wajah. Seperti terlihat takut.

Tak usang kemudian, Nona muncul. Penampilannya tak jauh beda dari adiknya. Namun pakaian bocah wanita ini sangat memiriskan, ia menggunakan baju dan celana yang robek disana-sini. Warnanya sudah coklat sebab bercampur tanah. Bau tak sedap pun tercium. Bocah elok itu terlihat kurus, tatapan matanya kosong.
Nona sudah sanggup berbicara, namun ketika itu lebih banyak diam. Hanya menjawab singkat  ketika ditanya sejumlah warga.

 "Mama ja pukul deng kayu di kepala," ujar bocah itu. Tak jauh dengan adiknya, sekujur badan bocah elok itu pun terdapat luka-luka kecil gres dan lama. Kulitnya coklat sebab kotoran, tampaknya sudah berapa hari tidak mandi.
Selasa siang itu, seorang warga sudah menyiapkan sepiring nasi dan lauk ikan. Baru saja sendok diangkat, kedua bocah itu eksklusif membuka lisan lebar-lebar. Langsung mengunyah dengan cepat, kemudian menelannya.

Dalam beberapa menit, satu piring penuh nasi eksklusif tandas. Satu botol air mineral juga habis dalam sekejap. Kedua bocah ini kehausan dan  kelaparan.
Seusai makan, terlihat wajah mereka kembali segar. Nona kemudian berlari kesana kemari, Ramadhan terus saja mengunyah roti dan sesekali meminum air mineral.
Kedua bocah itu beruntung, hari itu mereka sanggup menikmati satu piring nasi dan beberapa potong roti. Tak setiap hari warga sanggup memberi makan.
"Kita serba salah, bila ibu mereka tahu kami memberi makan, mereka niscaya dimarahi an masakan dibuang. Beberapa kali warga  kasih baju, malah dibuang oleh ibunya, dihentikan dipakai," ujar Oma, warga setempat.

Yang memiriskan, kadang warga terpaksa hanya menaruh makan di piring dan menaruh di jalan. Itu dilakukan warga, sebab kedua bocah itu kerap berkeliaran dan tak menetap. Saat lelah berjalan dan merasa lemah sebab lapar, mereka sanggup tidur lelap di mana saja.

Semoga dari kisah diatas ALLAH SWT. memberi pertolongan dan berakir kemuliaan kepada kedua balita tersebut 
amin
mohon doa para pembaca untuk mengaminkan atau berkirim fatekah....Semua Doa untuk kedua balita diatas. insya ALLAH akan memperlihatkan yang sama atas kebaikan saudara-sadara semuanya, amin

 


Related Posts

Post a Comment