Bangunan itu ialah kediaman dua bocah, Ramadhan (3) dan Nona (4,5). Mereka tinggal di bangunan ini semenjak tiga tahun lalu. Letaknya di atas sebuah bukit kosong, tak jauh dari Perumahan Telkom, Kalasey.
Kedua bersaudara ini, harus menghidupi diri sendiri sepanjang hari sebab ibu mereka, Martha, diduga menelantarkan. Nona pagi-pagi sudah pergi dari rumah untuk bekerja, dan gres kembali malam hari.
Empat ekor anjing eksklusif menyalak keras, dua ekor di antaranya yang terikat terlihat meloncat-loncat hendak menyerang sambil membuka lisan memperlihatkan giginya.
Anjing-anjing itu, ibarat terganggu dengan kedatangan sejumlah warga. Karena takut, mereka hanya berdiri sekitar dua meter dari anjing-anjing itu, sebagian membawa tongkat untuk menakut-nakuti binatang peliharaan itu.
"Ramadhan, Nona mari sini. Ramadhan, Nona, kamari jo. Napaini ada gula-gula," ujar seorang warga, Selasa (26/11/2013).
Anjing-anjing terus menyalak keras, bising sekali. Tak lama, Ramadhan muncul dan berdiri di antara sejumlah anjing dan bebek. Ia tampaknya kebingungan. Beberapa kali terlihat akan terjatuh, namun ia berpegangan pada tiang.
Sepertinya lututnya lemas. Kemudian ia berjalan tanpa bantalan kaki, mendekat sejumlah warga. Baru beberapa langkah, ia terlihat ibarat akan terjatuh.
Ramadhan hanya menggunakan kaos, tak menggunakan celana. Bajunya penuh kotoran, ada lumpur, sampai kotoran angsa menempel. Aromanya tidak sedap. Tangannya terus menggaruk-garuk, sekujur tubuhnya dipenuhi luka-luka kecil yang terus ia garuk.
Ada luka tabrakan di bibir, kepala dan beberapa titik di kaki. Beberapa luka terlihat sudah memutih, kemungkinan luka lama. Ia tak berbicara sepatah pun, tangannya beberapa kali menutup wajah. Seperti terlihat takut.
Tak usang kemudian, Nona muncul. Penampilannya tak jauh beda dari adiknya. Namun pakaian bocah wanita ini sangat memiriskan, ia menggunakan baju dan celana yang robek disana-sini. Warnanya sudah coklat sebab bercampur tanah. Bau tak sedap pun tercium. Bocah elok itu terlihat kurus, tatapan matanya kosong.
Nona sudah sanggup berbicara, namun ketika itu lebih banyak diam. Hanya menjawab singkat ketika ditanya sejumlah warga.
"Mama ja pukul deng kayu di kepala," ujar bocah itu. Tak jauh dengan adiknya, sekujur badan bocah elok itu pun terdapat luka-luka kecil gres dan lama. Kulitnya coklat sebab kotoran, tampaknya sudah berapa hari tidak mandi.
Selasa siang itu, seorang warga sudah menyiapkan sepiring nasi dan lauk ikan. Baru saja sendok diangkat, kedua bocah itu eksklusif membuka lisan lebar-lebar. Langsung mengunyah dengan cepat, kemudian menelannya.
Dalam beberapa menit, satu piring penuh nasi eksklusif tandas. Satu botol air mineral juga habis dalam sekejap. Kedua bocah ini kehausan dan kelaparan.
Seusai makan, terlihat wajah mereka kembali segar. Nona kemudian berlari kesana kemari, Ramadhan terus saja mengunyah roti dan sesekali meminum air mineral.
Kedua bocah itu beruntung, hari itu mereka sanggup menikmati satu piring nasi dan beberapa potong roti. Tak setiap hari warga sanggup memberi makan.
"Kita serba salah, bila ibu mereka tahu kami memberi makan, mereka niscaya dimarahi an masakan dibuang. Beberapa kali warga kasih baju, malah dibuang oleh ibunya, dihentikan dipakai," ujar Oma, warga setempat.
Yang memiriskan, kadang warga terpaksa hanya menaruh makan di piring dan menaruh di jalan. Itu dilakukan warga, sebab kedua bocah itu kerap berkeliaran dan tak menetap. Saat lelah berjalan dan merasa lemah sebab lapar, mereka sanggup tidur lelap di mana saja.
Post a Comment
Post a Comment