Report Abuse

Stats

Comment

Pentingnya Mengetahui Hukum-Hukum Agamamu

Post a Comment
Pada kesempatan ini penulis menghadirkan rubrik baru, yaitu “Wanita”. Maksudnya, rubrik ini ditujukan untuk perempuan namun tidak ada salahnya kalau kaum lelaki juga mengetahuinya. Baik, untuk goresan pena pertama di rubrik wanita, penulis menentukan goresan pena dengan tema pentingnya bagi perempuan untuk mengetahui hukum-hukum agamanya. Silahkan dibaca selengkapnya, kalau ada pertanyaan ukhti boleh tingalkan komentar. Kita awali dengan sebuah hadits yang artinya:
" Dari Ummu Salamah, dia berkata. 'Ummu Sulaim pernah tiba kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata. 'Wahai Rasulullah sebenarnya Allah tidak merasa aib dari kebenaran. Lalu apakah seorang perempuan itu harus mandi kalau dia bermimpi ?. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab. 'Jika dia melihat air (mani)'. Lalu Ummu Salamah menutup wajahnya, dan berkata. 'Wahai Rasulullah, apakah perempuan itu juga dapat bermimpi .? 'Beliau menjawab. 'Ya, bisa'. Maka sesuatu yang mirip dirinya yaitu anaknya". (Hadits shahih, ditakhrij Ahmad 6/306, Al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223, At-Tirmidzi, hadits nomor 122, An-Nasa'i 1/114, Ibnu Majah hadits nomor 600, Ad-Darimi 1/195, Al-Baihaqi 1/168-169)
Wahai Ukhti Muslimah !
Diantara kebaikan ke-Islaman seorang perempuan yaitu kalau dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para perempuan mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki. Perhatikanlah firman Allah ini.
"Artinya : Katakanlah. Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?". (Az-Zumar : 9)
Bahkan perhatikan pula firman Allah yang secara khusus ditujukan kepada Ummahatul-Mukminin, yang menganjurkan mereka supaya mempelajari kandungan Al-Qur'an dan hadits Nabawi yang dibacakan di rumah-rumah mereka. Firman-Nya.
"Artinya : Dan, ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah". (Al-Ahzab : 34)
Karena perintah Allah inilah para perempuan mencicipi keutamaan ilmu. Maka mereka pun pergi menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menuntut suatu majlis bagi mereka dari beliau, supaya di situ mereka dapat belajar.
Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Para perempuan berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Kaum pria telah mengalahkan kami atas diri engkau. Maka buatlah bagi kami dari waktu engkau'. Maka ia menjanjikan suatu hari kepada mereka, yang pada dikala itu ia akan menemui mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang ia katakan kepada mereka yaitu : 'Tidaklah ada di antara kau sekalian seorang perempuan yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu menjadi penghalang dari neraka baginya'. Lalu ada seorang perempuan yang bertanya. 'Bagaimana dengan dua anak?' Maka ia menjawab. 'Begitu pula dua anak'. (Diriwayatkan Al-Bukhari, 1/36 dan Muslim 16/181)
Begitulah Islam menyeru supaya para perempuan diajari dan diberi bimbingan wacana hal-hal yang harus mereka biasakan, untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Wahai Ukhti Muslimah !
Perhatikanlah di dalam wasiat Nabawi ini, bahwa Ummu Salamah tiba untuk mempelajari apa-apa yang tidak diketahuinya, sehingga jadinya dia dapat mengetahui secara komplit. Begitulah seharusnya yang dilakukan seorang perempuan muslimah. Dia dapat bertanya wacana hukum-hukum agamanya. Karena yang tahu hukum-hukum tersebut diantara mereka hanya sedikit sekali. Marilah kita simak wasiat ini.
Wahai Ukhti Muslimah !
Perhatikanlah bagaimana etika Ummu Sulaim yang memulai ucapannya dengan berkata. "Sesungguhnya Allah tidak merasa aib dari kebenaran". Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar. Sehingga Allah menciptakan perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya sebagaimana firman-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak segan menciptakan perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu". (Al-Baqarah : 26)
Begitu pula Ummu Sulaim. Tidak ada halangan baginya untuk bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam wacana apa-apa yang mestinya dia ketahui dan dia pelajari, meskipun mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar Ummul Mukminin, Aisyah yang berkata. "Sebaik-baik perempuan yaitu perempuan Anshar. Tidak ada rasa aib yang menghalangi mereka untuk memahami agama". (Diriwayatkan Al-Bukhari 1/44)
Selagi engkau dikungkung rasa aib dan tidak mau mengetahui hukum-hukum agamamu, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan dapat berbahaya. Ada baiknya engkau membiasakan dirimu untuk tidak merasa aib dalam mempelajari hukum-hukum agama, baik aturan itu kecil maupun besar. Sebab kalau seorang perempuan lebih banyak dikungkung rasa malu, maka dia sama sekali tidak akan mengetahui sesuatu pun. Perhatikanlah perkataan Mujahid Rahimahullah. "Orang yang aib dan sombong tidak akan mau mempelajari ilmu". Seakan-akan dia menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu supaya tidak merasa lemah dan takkabur, alasannya yaitu hal itu akan mensugesti perjuangan mereka dalam mencari ilmu.
Ada suatu pertanyaan dari Ummu Sulaim, dia bertanya. "Apakah seorang perempuan itu harus mandi kalau dia bermimpi?". Maksudnya, kalau dia bermimpi bahwa dia disetubuhi. Jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Jika dia melihat air". Makna balasan ini, bahwa kalau seorang perempuan benar-benar bermimpi dan ada petunjuk atau bukti terjadinya hal itu, yaitu dia melihat adanya bekas air mani di pakaian, maka ini merupakan syarat mandinya. Namun kalau dia bermimpi dan tidak melihat bekas air mani, maka dia tidak perlu mandi. Setelah diberi balasan yang singkat dan padat ini, Ummu Salamah eksklusif menutupi wajahnya seraya bertanya. "Apakah perempuan itu juga bermimpi?".
Wahai Ukhti Muslimah !
Rasa herannya Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Pernah terjadi pada diri Aisyah, sementaranya ilmunya lebih komplit, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu riwayat, dia berkata. "Kecelakaan bagimu. Apakah perempuan akan mengalami mirip itu ?". Dia berkata mirip itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa perempuan juga dapat bermimpi.
Jika permasalahan-permasalahannya yang hakiki tidaklah mirip yang disangkakan bahwa setiap perempuan dapat bermimpi. Mimpi itu hanya terjadi pada sebagian wanita, sedangkan yang lain tidak. Maka inilah alasannya yaitu pengingkaran dan keheranan yang muncul dari Ummu Salamah dan Aisyah. Namun keheranan ini dapat dituntaskan oleh balasan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Na'am, taribat yaminuki', maksudnya : Benar, seorang perempuan dapat bermimpi. Perkataan ia : "Taribat yaminuki", maksudnya, dia menjadi rendah dan berada di atas tanah. Ini merupakan lafazh yang diucapkan dikala menghardik, dan tidak dimaksudkan berdasarkan zhahirnya.
Kemudian di final ucapan ia ada salah satu bukti nubuwah, yaitu perkataan ia : "Sesuatu yang dapat mirip dirinya yaitu anaknya".
Wahai Ukhti Muslimah !
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa pria dan perempuan saling bersekutu dalam pembentukan janin. Sebab jenis binatang yang berkembang biak, benih tiba dari pasangan pria ke indung telur yang ada di dalam badan yang perempuan, kemudian sperma yang satu bercampur dengan yang lain. Dengan pengertian, bahwa sefaro sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari yang pria dan yang sefaronya lagi kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian dapat juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol daripada yang lain. Maka dari sinilah terjadi penyerupaan.
Jadi sebagaimana yang engkau ketahui wahai Ukhti Muslimah, mirip apapun keadaannya, mustahil bagi jenis binatang yang berkembang biak, yakni hanya pria saja yang dapat membuahi suatu mahluk hidup, tanpa bersekutu dengan indung telur pada jenis perempuan.
Perhatikanlah bagaimana keindahan pengabaran Nabawi ini. Karena semenjak ia di utus sebagai rasul, jauh sebelum masa Aristoteles, ada kepercayaan bahwa perempuan tidak memiliki campur tangan dalam pembentukan dan keberadaan anak. Hanya air mani sajalah yang terpenting. Mereka tidak yakin bahwa air mani seorang pria akan hingga ke rahim perempuan, kemudian bermetamorfosis janin, bertahap janin membesar sehingga menjadi bayi dan jadinya benar-benar tepat menjadi sosok insan di dalam rahim. Lalu Muhammad bin Abdullah tiba mengabarkan kepada kita wacana apa yang bakal disibak oleh ilmu pengetahuan modern. Benar, ini merupakan wahyu yang diwahyukan, dan ia sama sekali tidak berkata dari kemauan dirinya sendiri, tetapi ia berkata berdasarkan apa yang diajarkan Allah kepada beliau.
Begitulah wahai Ukhti Muslimah apa yang dapat kita pelajari dari wasiat Nabawi ini, semoga Allah memberi manfaat kepada kita semua
Majdi As-Sayyid Ibrahim

Related Posts

Post a Comment