Ashhabul Kahfi yakni para perjaka yang diberi taufik dan wangsit oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya dan tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus lantaran khawatir akan gangguan masyarakatnya.
رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطا
Yakni, apabila kami berdoa kepada selain Dia, berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا (perkataan yang jauh), yaitu perkataan palsu, dusta, dan dzalim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:
هَؤُلاَءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً لَوْلاَ يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا
رَبَّنَاآتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِْينَةِ
- Walaupun menakjubkan, kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yang paling ajaib. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki ayat-ayat yang menakjubkan yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi mereka yang mau memerhatikannya.
- Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah, pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala melindunginya dan lembut kepadanya, serta menjadikannya sebagai lantaran orang-orang yang sesat menerima hidayah (petunjuk). Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap mereka dalam tidur yang panjang ini, untuk menyelamatkan iman dan badan mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai pecahan dari ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpahnya kebaikan-Nya. Juga semoga hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa komitmen Allah itu yakni suatu kebenaran.
- Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguhnya Allah mengutus mereka yakni untuk hal itu. Dengan pembahasan yang mereka lakukan dan pengetahuan insan wacana keadaan mereka, akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa komitmen Allah yakni benar, dan bahwa hari final zaman yang pasti terjadi bukanlah suatu hal yang perlu disangsikan.
- Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu yakni hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Dan hendaknya beliau berhenti dalam masalah yang beliau ketahui.
- Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, dan sah pula kerjasama dalam masalah ini. Karena adanya dalil dari ucapan mereka dalam ayat: فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَة
- Boleh memakan masakan yang baik dan menentukan masakan yang disenangi atau sesuai selera, selama tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang terlarang, menurut dalil: فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ
- Melalui kisah ini kita dianjurkan untuk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-tempat yang sanggup mengakibatkan fitnah dalam agama. Dan hendaknya seseorang menyimpan diam-diam sehingga sanggup menjauhkannya dari suatu kejahatan.
- Diterangkan dalam kisah ini betapa besar kecintaan para perjaka yang beriman itu terhadap fatwa agama mereka. Dan bagaimana mereka hingga melarikan diri, meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Disebutkan dalam kisah ini betapa luasnya jawaban jelek dari kemudaratan dan kerusakan yang menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguhnya jalan ini yakni jalan yang ditempuh kaum mukminin.
- Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا
Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup (setelah berdiri dari tidur panjang) yakni orang-orang yang mengerti agama. Hal ini diketahui lantaran mereka sangat menghormati para perjaka itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka. Dan walaupun ini tidak boleh –terutama dalam syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakannya hal ini yakni sebagai keterangan bahwa rasa takut yang begitu besar yang dirasakan oleh para perjaka tersebut akan fitnah yang mengancam keimanannya, serta masuknya mereka ke dalam gua telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan setelah itu dengan keamanan dan penghormatan yang luar biasa dari manusia. Dan ini yakni ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang menempuh suatu kesulitan lantaran Allah, di mana Dia jadikan baginya final perjalanan yang sangat terpuji. - Pembahasan yang berbelit-belit dan tidak bermanfaat yakni suatu hal yang tidak pantas untuk ditekuni, menurut firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: فَلاَ تُمَارِ فِيْهِمْ إلاَّ مِرَاءً ظَاهِرًا
- Faedah lain dari kisah ini sebenarnya bertanya kepada yang tidak berilmu wacana suatu masalah atau kepada orang yang tidak sanggup dipercaya, yakni perbuatan yang dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan: وَلاَ تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا
Catatan : Ketika salah seorang dari 7 perjaka itu terbangun dan mencicipi lapar, kemudian segera menghampiri pasar untuk membeli makanan. Pedagang dipasar kebingungan ketika mendapatkan uangnya. Karena sudah tidak berlaku lagi dan ketika itu Raja yang berkuasa juga sudah memeluk agama Islam.
Post a Comment
Post a Comment