Ada orang yang sudah berhenti ke mesjid untuk salat lima waktu. Padahal bulan Ramadhan selalu ke mesjid. Ada orang yang jarang ngaji, padahal bulan Ramadhan selalu ngaji dan tadarus. Ada orang yang rajin bersedekah di bulan Ramadhan, tapi setelah berlalu Ramadhan berinfak tidak semangat. Ada orang yang di bulan Ramadhan menjauhi maksiat dan munkarat, tapi setelah Ramadhan berlalu kembali ke kubangan dosa. Ingat definisi takwa yang selalu diwasiatkan oleh khatib setiap salat Jumat yaitu "melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya".
Jika selama Ramadhan kita melaksanakan perintah Allah, maka setelah Ramadhan tentunya tetap melaksanakan perintah Allah. Jika selama Ramadhan kita meninggalkan larangan Allah, maka setelah Ramadhan juga selalu menjauhi larangan Allah. Itulah definisi takwa yang paling sederhana.
Kembali kita baca ayat yang memerintahkan puasa. Bahwa perintah puasa ditujukan kepada orang yang beriman. Jika puasa dilakukan atas dasar iman, maka balasannya yaitu menjadi eksklusif yang bertakwa. Jika puasa dilakukan tidak atas dasar iman; tapi lantaran ikut-ikutan; lantaran semua orang berpuasa; lantaran anak dan keluarga berpuasa; lantaran kawan-kawan berpuasa; aib kalau tidak berpuasa; dan lantaran lain selain lantaran panggilan tauhid; maka predikat takwa setelah Ramadhan tidak diraih. Karena takwa hanya diraih dengan iman. Tanpa iman, maka takwa tidak akan diraih. Wajar kiranya di daerah yang lain Allah serukan perintah takwa itu kepada orang beriman.
Surah Ali Imran ayat 102
Melalui beberapa ayat di atas kita tahu bahwa ternyata yang diperintah untuk bertakwa dan melaksanakan amal kebajikan lainnya yaitu orang yang beriman. Maka bagi orang yang beriman dengan sebenar-benar iman, tentu tidak akan susah untuk menjaga dan memelihara ketakwaannya pasca Ramadhan. Karena takwa yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Orang yang benar-benar beriman tentu akan melaksanakan perintah Allah dan akan meninggalkan larangan Allah. Demikianlah definisi takwa.
Bagaimana Cara Tetap Bertakwa Sesudah Ramadhan?
Kembali ke rumusan takwa di atas. Maka untuk tetap bertakwa, maka tetap laksanakan perintah Allah dan jauhi larangan Allah. Bagaimana caranya? Di antara solusinya yaitu mari kita jadikan takwa sebagai "pakaian" yang selalu kita kenakan dan kita bawa ke mana pun kita pergi. Dalam surah Al-A'raf ayat 26 Allah sebutkan
Layaknya pakaian, tentu akan kita pakai dan kenakan ke mana pun kita pergi. Mungkin hanya anak kecil dan orang yang kurang akalnya saja--jika kita tidak sebutnya tidak cendekia sama sekali--yang tidak mengenakan pakaian dalam kesehariannya. Siapa pun kita tentunya menggunakan pakaian. Kita pakai pakaian kita di rumah. Kita pakai pakaian kita di jalan, di pasar, di daerah kerja, di daerah ibadah. Pendek kata, di mana pun dan kapan pun kita selalu menggunakan pakaian. Sebaik-baik pakaian yaitu takwa.
Orang yang berbuat dosa yaitu orang yang meninggalkan atau menanggalkan pakaian takwanya. Dalam hadis yang sahih disebutkan oleh Rasulullah Saw.
Artinya pada ketika berbuat dosa, tanggal keimanan seseorang. Jika beliau dalam keadaan beriman tentunya tidak akan berbuat dosa. Ingat, takwa sebagai pakaian yang kita pakai dan bawa ke mana pun kita pergi yaitu didasari dengan iman. Orang berzina, orang mencuri, mabuk, dan berbuat dosa lainnya tidak menggunakan pakaian takwanya pada ketika beliau mencuri. Maka, pakailah pakaian takwa itu selalu supaya kita sanggup selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
Semoga Iman kita tetap kokoh dalam diri kita dan tidak bercampur dengan apa pun. Sehingga dengannya kita sanggup menjadi eksklusif bertakwa, baik sebelum maupun setelah Ramadhan. Semoga dengan doktrin yang benar dan besar lengan berkuasa kita masih sanggup selalu salat ke masjid; kita selalu mengaji; kita gemar bersedekah; kita sering mengikuti pengajian; kita suka berpuasa; kita tetap jujur dan amanah; kita tetap merasa diawasi oleh Allah; kita tidak mau bergunjing; kita takut mengambil hak orang lain; kita menghindari perbuatan curang; kita tidak menganiaya orang lain; kita berbuat baik dengan tetangga; kita menjalankan amanah. Pendek kata, kita berharap dengan doktrin yang ada pada diri kita, kita menjadi eksklusif yang bertakwa dan istiqamah dengan keimanan dan ketakwaan itu. Aamiin.
______
Disampaikan pertama kali pada takziah Minang Saiyo di Tetunjung Takengon pada hari Kamis 5 Juli 2018
Post a Comment
Post a Comment