Report Abuse

Stats

Comment

Berbuka Puasa

Post a Comment
Berbuka Puasa
 Berbuka Puasa
1. Kapan orang yang puasa berbuka?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya): “Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam" [Al-Baqarah : 187].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menafsirkan dengan datangnya malam dan perginya siang serta sembunyinya bundaran matahari. Kami telah membawakan (penjelasan ini pada pembahasan yang telah lalu,-ed) supaya menjadi hening hati seorang muslim yang mengikuti sunnatul huda.

Wahai hamba Allah, inilah perkataan-perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ada di hadapanmu dapatlah engkau membacanya, dan keadaannya yang sudah terperinci dan telah engkau ketahui, serta perbuatan para sahabatnya, Radhiyallahu 'anhum telah kau lihat, mereka telah mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Syaikh Abdur Razaq telah meriwayatkan dalam Mushannaf 7591 dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari 4/199 dan al-Haitsami dalam Majma' Zawaid 3/154 dari Amr bin Maimun Al Audi: "Para sobat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yakni orang-orang yang paling bersegera dalam berbuka dan paling tamat dalam sahur".

2. Menyegerakan berbuka


Wahai saudaraku seiman, wajib atasmu berbuka dikala matahari telah terbenam, janganlah dihiraukan oleh rona merah yang masih terlihat di ufuk, dengan ini berarti engkau telah mengikuti sunnah Rasuullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menyelisihi Yahudi dan Nasrani, alasannya mereka mengakhirkan berbuka. Pengakhiran mereka itu hingga pada waktu tertentu yakni hingga terbitnya bintang. Maka dengan mengikuti jalan dan manhaj Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berarti engkau menampakkan syiar-syiar agama, memperkokoh petunjuk yang kita jalani, yang kita harapkan jin dan insan berkumpul diatasnya. Hal-hal tersebut dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada paragraf-paragraf yang akan datang.

a. Menyegerakan berbuka berarti menghasilkan kebaikan.

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Senantiasa insan di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka" [Hadits Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093].

b. Menyegerakan berbuka yakni sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam

Jika umat Islamiyah menyegerakan berbuka berarti mereka tetap di atas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan manhaj Salafus Shalih, dengan izin Allah mereka tidak akan tersesat selama "berpegang dengan Rasul mereka (dan) menolak semua yang merubah sunnah".

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Umatku akan senantiasa dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang dikala berbuka (puasa)" [Hadits Riwayat Ibnu Hibban 891 dengan sanad Shahih, asalnya -telah lewat dalam shahihain- Kami katakan: Syi'ah Rafidhoh telah mencocoki Yahudi dan Kristen dalam mengakhirkan buka hingga terbitnya bintang. Mudah-mudahan Allah melindungi kita semua dari kesesatan.].

c. Menyegerakan berbuka berarti menyelisihi Yahudi dan Nashrani
Tatkala insan senantiasa berada di atas kebaikan dikarenakan mengikuti manhaj Rasul mereka, memelihara sunnahnya, alasannya sesungguhnya Islam (senantiasa) tetap tampak dan menang, tidak akan memudharatkan orang yang menyelisihinya, dikala itu umat Islam akan menjadi singa pemberani di lautan kegelapan, tauladan yang baik untuk diikuti, alasannya mereka tidak menjadi pengekor orang Timur dan Barat, (yaitu) pengikut semua yang berteriak, dan condong bersama angin kemana saja angin beriup.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Agama ini akan senantiasa menang selama insan menyegerakan berbuka, alasannya orang-orang Yahudi dan Kristen mengakhirkannya" [Hadits Riwayat Abu Dawud 2/305, Ibnu Hibban 223, sanadnya Hasan]

Hadits-hadits di atas mempunyai banyak faedah dan catatan-catatan penting, sebagai berikut:

1. Kemenangan agama ini dan berkibarnya bendera akan tercapai dengan syarat menyelisihi orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab, ini sebagai klarifikasi bagi umat Islam, bahwa mereka akan mendapat kebaikan yang banyak, jikalau membedakan diri dan tidak condong ke Barat ataupun ke Timur, menolak untuk mengekor Kremlin (Istana Kepresidenan Rusia, red) atau mencari makan di Gedung Putih (Istana Kepresidenan Amerika, red) -mudah-mudahan Allah merobohkannya-, jikalau umat ini berbuat demikian mereka akan menjadi embel-embel diantara umat manusia, jadi sentra perhatian, disenangi oleh semua hati. Hal ini tidak akan terwujud, kecuali dengan kembali kepada Islam, berpegang dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam problem Aqidah dan Manhaj.

2. Berpegang dengan Islam baik secara global maupun rinci, menurut firman Allah (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kau dalam Islam secara kaffah" [Al-Baqarah : 208].

Atas dasar inilah, maka orang yang membagi Islam menjadi inti dan kulit, ini yakni pembagian bid'ah jahiliyah modern yang bertujuan mengotori fikrah kaum muslimin dan memasukkan mereka ke dalam lingkaran kekhawatiran. Ini tidak ada asalnya dalam agama Allah, bahkan akibatnya akan merembet kepada perbuatan orang-orang yang dimurkai Allah, (yaitu) mereka yang mengimani sebagian kitab dan mendustakan sebagian yang lainnya; kita diperintah untuk menyelisihi mereka secara global maupun terperinci, dan sungguh kita mengetahui buah dari menyelisihi Yahudi dan Kristen yakni tetap (tegak)nya agama lahir dan batin.

Dakwah ke jalan Allah dan memberi peringatan kepada mukminin tidak akan terputus, perkara-perkara gres yang menimpa umat Islam tidak menyebabkan kita memilah syiar-syiar Allah, jangan hingga kita menyampaikan menyerupai perkataan kebanyakan mereka: "Ini perkara-perkara kecil, furu'. khilafiyah dan hawasyiyah, kita wajib meninggalkannya, kita pusatkan kesungguhan kita untuk kasus besar yang memecah belah shaf kita dan sabung domba barisan kita."

Perhatikanlah wahai kaum muslimin, da'i ke jalan Allah di atas bashirah (ilmu/dalil), engkau telah tahu dari hadits-hadits yang mulia bahwa jayanya agama ini bergantung pada disegerakannya berbuka puasa yang dilakukan tatkala lingkaran matahari telah terbenam,

Maka bertaqwalah kepada Allah (wahai) setiap orang yang menyangka berbuka dikala terbenamnya matahari yakni fitnah, dan undangan untuk menghidupkan sunnah ini yakni dakwah yang sesat dan bodoh, menjauhkan umat Islam dari agamanya atau menyangka (hal tersebut) sebagai dakwah yang tidak ada nilainya, (yang) mustahil seluruh muslimin berdiri di atasnya, alasannya hal itu yakni kasus furu', khilafiyah atau problem kulit!! Walaa haula walaa quwwata illa billah.

d. Berbuka sebelum shalat maghrib

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka sebelum shalat Maghrib [Hadits Riwayat Ahmad (3/164), Abu Dawud (2356) dari Anas dengan sanad Hasan] alasannya menyegerakan berbuka termasuk akhlaknya para nabi. Dari Abu Darda' Radhiyallahu 'anhu: "Tiga kasus yang merupakan adat para Nabi: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan (kanan) di atas tangan kiri dalam shalat" [Hadits Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir sebagaimana dalam Al-Majma (2/105) dia berkata: "..... marfu' (riwayatnya hingga kepada Nabi) dan mauquf (riwayatnya hanya hingga kepada sahabat) shahih, adapun yang marfu' ada perawi yang tidak saya ketahui biografinya". Aku katakan mauquf -sebagaimana telah jelas- tapi mempunyai aturan marfu' (yakni dianggap bersumber dari Nabi shallalahu 'alaihi wasallam)].

3. Berbuka dengan apa?


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan korma, kalau tidak ada korma dengan air, ini termasuk kesempurnaan kasih sayang dan semangatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (untuk kebaikan) umatnya dan dalam menasehati mereka. Allah berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya telah tiba kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan olehmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin" [At-Taubah : 128].

Karena memperlihatkan ke tubuh yang kosong sesuatu yang manis, lebih membangkitkan selera dan bermanfaat bagi badan, terutama tubuh yang sehat, dia akan menjadi besar lengan berkuasa dengannya (korma). Adapun air, alasannya tubuh dikala dibawa puasa menjadi kering, jikalau didinginkan dengan air akan tepat keuntungannya dengan makanan.

Ketahuilah wahai hamba yang taat, sesungguhnya korma mengandung berkah dan kekhususan -demikian pula air- dalam pengaruhnya terhadap hati dan mensucikannya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang ber-ittiba' (mengikuti sunnah Nabi shallalahu 'alaihi wasallam). Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu (ia berkata): "Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan korma berair (ruthab), jikalau tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jikalau tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" [Hadits Riwayat Ahmad (3/163), Abu Dawud (2/306), Ibnu Khuzaimah (3/277,278), Tirmidzi 93/70) dengan dua jalan dari Anas, sanadnya shahih].

4. Yang diucapkan dikala berbuka


Ketahuilah wahai saudaraku yang berpuasa - mudah-mudahan Allah memberi taufiq kepada kita untuk mengikuti sunnah Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam- sesungguhnya engkau punya do'a yang dikabulkan, maka manfaatkanlah, berdo'alah kepada Allah dalam keadaan engkau yakin akan dikabulkan, -ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai-. Berdo'alah kepada-Nya dengan apa yang kau mau dari aneka macam macam do'a yang baik, mudah-mudahan engkau sanggup mengambil kebaikan di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Tiga do'a yang dikabulkan: do'anya orang yang berpuasa, do'anya orang yang terdhalimi dan do'anya musafir" [Hadits Riwayat Uqaili dalam Ad-Dhu'afa' (1/72), Abu Muslim Al-Kajji dalam Juz-nya, dan dari jalan Ibnu Masi dalam Juzul Anshari sanadnya hasan kalau tidak ada 'an-'annah Yahya bin Abi Katsir, hadits ini punya syahid yaitu hadits selanjutnya.]

Do'a yang tidak tertolak ini yakni dikala waktu engkau berbuka menurut hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu sebenarnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Tiga orang yang tidak akan ditolak do'anya : orang yang puasa dikala berbuka, Imam yang adil dan do'anya orang yang didhalimi" [Hadits Riwayat Tirmidzi (2528), Ibnu Majah (1752), Ibnu Hibban (2407) ada jahalah Abu Mudillah.]

Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya orang yang puasa dikala berbuka mempunyai doa yang tidak akan ditolak" [Hadits Riwayat Ibnu Majah (1/557), Hakim (1/422), Ibnu Sunni (128), Thayalisi (299) dari dua jalan Al-Bushiri berkata: (2/81) ini sanad yang shahih, perawi-perawinya tsiqat].

Do'a yang paling afdhal yakni do'a ma'tsur dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa ia jikalau berbuka mengucapkan “Dzahabad-dhoma'u wabtalatil 'uruuqu watsabbatil ajru insya Allah” yang artinya: “Telah hilang dahaga dan telah berair urat-urat, dan telah ditetapkan pahala Insya Allah" [Hadits Riwayat Abu Dawud 92/306), Baihaqi (4/239), Al-Hakim (1/422) Ibnu Sunni (128), Nasaai dalam 'Amalul Yaum (296), Daruquthni (2/185) dia berkata: "sanadnya hasan". Aku katakan: memang menyerupai ucapannya]

5. Memberi makan (buka) orang yang puasa

Bersemangatlah wahai saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu dan memberi taufik kepadamu untuk mengamalkan kebajikan dan taqwa- untuk memberi makan orang yang puasa alasannya pahalanya besar dan kebaikannya banyak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapat pahala menyerupai pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun" [Hadits Riwayat Ahmad (4/144,115,116,5/192) Tirmidzi (804), ibnu Majah (1746), Ibnu Hibban (895), dishahihkan oleh Tirmidzi.]

Orang yang puasa harus memenuhi undangan (makan) saudaranya, alasannya barangsiapa yang tidak menghadiri undangan berarti telah durhaka kepada Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia harus berkeyakinan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun amal kebaikannya, tidak akan dikurangi pahalanya sedikitpun.

Orang yang diundang disunnahkan mendo'akan pengundangnya sehabis selesai makan dengan do'a-do'a dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya): “Telah makan masakan kalian orang-orang bajik, dan para malaikat bershalawat (mendo'akan kebaikan) atas kalian, orang-orang yang berpuasa telah berbuka di sisi kalian" [Hadits Riwayat Abi Syaibah (3/100), Ahmad (3/118), Nasa'i dalam 'Amalul Yaum (268), Ibnu Sunni (129), Abdur Razak (4/311) dari aneka macam jalan darinya, sandnya shahih. Peringatan: Apa yang ditambahkan oleh sebagian orang wacana hadits ini: "Allah menyebutkan di majlis-Nya" yakni tidak ada asalnya. Perhatikan !!]

Doa’ “Allahumma ath’im man ath‘amanii, wa asqi man saqoonii” (yang artinya): “Ya Allah, berilah makan orang yang memberiku makan, berilah minum orang yang memberiku minum" [Hadits Riwayat Muslim 2055 dari Miqdad]

Do’a “Allahummaghfir lahum warhamhum wa baarik fiima rozaqtahum” (yang artinya): “Ya Allah, ampunilah mereka dan rahmatilah, berilah barakah pada seluruh rizki yang Engkau berikan" [Hadits Riwayat Muslim 2042 dari Abdullah bin Busrin]

Judul Asli : Shifat shaum an Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H.

Related Posts

Post a Comment