![]() |
Keajaiban Sedekah Pak Husni |
Pasangan Pak Husni dan Ibu Juriyah tinggal di satu desa di daerah perkebunan teh milik PT..Nusantara. di Cianjur. Mereka ialah pasangan suami istri dimana Pak Husni bekerja sebagai buruh tani sedangkan Ibu Juriyah bekerja sebagai guru swasta di Sekolah Dasar.
Di sekeliling tempat tinggal mereka, berdiri beberapa rumah yang rata-rata sebagai karyawan perusahaan perkebunan, sebagian ada yang berprofesi sebagai pedagang roti, bekerja di toko bangunan bahkan ada yang sebagai karyawan serta pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Keluarga Husni ialah keluarga harmonis, beliau termasuk keluarga terpandang yang semua kebutuhan mereka sanggup terpenuhi dengan baik. Mereka tidak pernah kekurangan sama sekali dalam hal sandang, pangan dan papan. Bahkan mereka juga tidak pernah terlambat dalam hal menyumbang kegiatan sosial, baik berupa kerja bakti maupun iuran sosial yang harus merogoh kantong saku sendiri.
Dalam hal semua jenis iuran sosial, keluarga Husni termasuk yang paling mendahulukan. Kondisi ini berbeda dengan para tetangga mereka yang notebane ialah orang kaya dengan kegiatan dan keuangan yang tergolong lancar dan berlebih. Tapi itulah anehnya, yang mampu-mampu justru kebanyakan bolos dan tidak pernah mengisi iuran kegiatan sosial menyerupai pembangunan Masjid, perbaikan jalan maupun sarana umum yang lain.
Hal ini juga sama dengan tetangga lainnya yang bekerja sebagai salah satu pimpinan unit pada salah satu kantor Badan Usaha Milik Negara dengan tunjangan honor yang bisa mencapai di atas 10 juta rupiah. Ya mungkin dalam hal pengelolaan keuangan rumah tangga tidak bisa melihat dari sisi luarnya saja. Bisa saja dengan honor menyerupai itu mungkin tetap belum cukup.
Suatu ketika Ibu Juriyah sedang sibuk membersihkan halaman rumahnya sedangkan Pak Husni sibuk menyiangi pohon mangganya yang sangat rimbun. Seorang nenek bau tanah tiba-tiba tiba sembari berkata pada Ibu Juriyah. "Penghuni rumah ini tidak akan kekurangan harta selama hidupnya". Nenek bau tanah itu secara impulsif mengucapkan kata-kata tersebut di depan Ibu Juriyah dan lantas ia pergi begitu saja tanpa penjelasan. Sebaliknya Ibu Juriyah sama sekali tidak mengerti maksud dan ucapan Nenek bau tanah yang tidak dikenalnya itu.
Cerita itu bukan dongeng atau legenda, tetapi ini ialah kenyataan yang dialami keluarga Pak Husni. Bahkan Ibu Juriyah juga telah meyakinkan hal itu kepada saudaranya bahwa keluarganya selalu diberi fasilitas harta dan ketentraman berkeluarga semenjak menempati rumah miliknya selam puluhah tahun. Keluarga Pak Husni memang selalu diberi keberkahan rejeki alasannya kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan kepada orang lain.
Pak Husni dan Ibu Juriyah selalu menyisihkan setiap hasil panennya untuk zakat dan sedekah. Bahkan mereka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk sedekah. Siapapapun yang tiba apalagi ia hingga memberikan kehendak hatinya untuk meminta uang, ia eksklusif menunjukkan apapun yang mereka miliki di rumah itu tanpa banyak komentar. Tidak heran bila Pak Husni tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, makanan dan sebagainya. Hal yang sering dilakukan yang berdasarkan tetangganya ialah menengok tetangganya yang sakit baik sakit ringan maupun sakit berat. Bahkan mereka tidak canggung untuk membawa keluarga si sakit ke rumah sakit dengan membiayai semua biaya perawatan dan pengobatannnya.
Suatu ketika Pak Husni sedang dalam perjalanan menjenguk sanak keluarganya yang berada di Wonosobo dan di Jogjakarta, tiba-tiba beliau ditelpon oleh seorang tetanggannya yang berjulukan Mang Daim. Pada ketika yang sama pria itu memerlukan uang tebusan untuk menolong nyawa istrinya yang hampir tidak tertolong sehabis melahirkan. Karena Mang Daim memerlukan biaya besar untuk keperluan medis di rumah sakit swasta. Biaya yang dibutuhkan kurang lebhih 30 juta untuk bisa mengambil istri dan buah hatinya alasannya operasi cesar yang telah dilakukan oleh istri Mang Daim itu.
Akhirnya Pak Husni eksklusif pulang, sesampainya di rumah Pak Husni eksklusif menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit beliau sempat kebingungan alasannya tidak membawa uang yang cukup untuk menebus obat dan membayar biaya perawatan istri Mang Daim. Kemudian Pak Husni bergegas pulang. Selama perjalanan beliau berpikir " Dari mana uang sebesar itu ya Alloh? Gumamnya dalam hati.
Atas saran istrinya Pak Husni eksklusif menuju ke rumah saudara iparnya." Saya perlu uang kini minimal 30 juta". saudara ipatnya menyetujuinya tetapi dengan batas waktu tenggang yang tidak masuk akal. "Tidak boleh lebih dari 3 hari. Jika lebih dari 3 hari maka tanahmu menjadi milik saya." Kata saudara iparnya itu.
Ketika semua biaya perawatan dan pengobatan sudah terbayar, maka istri Mang Daim bisa dibawa pulang. Betapa bahagianya Mang Daim beserta keluarganya alasannya bisa membawa pulang istri dan buah hati mereka.
Suasana yang dirasakan Mang Daim berbeda denga suasana hati Pak Husni, "30 juta?, dari mana saya sanggup mengembalikan itu dalam waktu 3 hari?, dari mana saya bisa menerima uanh sebanyak itu? kalau tidak bisa mengembalikan berarti tanah dan sawah saya akan hilang?" Hati Pak Husni demikian gelisah.
Bi-idznillah atas kekuasaan Alloh SWT, ternyata kegelisahannya terjawab dalan waktu yang sangat cepat. Saat bangkit tidur di pagi hari, beliau mulai dibayangi banyak sekali kecemasan. Demikian juga ketika siang dan sore.
Bahkan ketika adzan maghrib berkumandang hatinya semakin gelisah alasannya waktunya untuk mengembalikan pinjaman akan segera berakhir. Dihari ketiga sehabis menunaikan shalat maghrib beliau berdoa "Ya Alloh, mudahkanlah segala urusan yang menyempitkan hati dan kehidupan saya. "Ya Alloh, berilah jalan yang mudah, baik dan cepat untuk menuntaskan seluruh hutang saya" Demikian doa Pak Husni sambil menangis, beliau sudah tidak ada jalan keluar lagi kecuali dicurahkannya isi hatinya kepada yang maha Hidup, uang 30 juta tidaklah mungkin tiba begitu saja tanpa derma Alloh SWT.
Diluar perkiraan, Alloh SWT ternyata mengabulkan doa Pak Husni dengan melapangkan banyak sekali kesulitan yang sedang dihadapinya. Malam itu selepas shalat isya Pak Husni Kedatangan tamu seorang saudagar kaya. Pak Husni sendiri tidak mengenali tamunya, yang beliau tahu bahwa tamunya berkendaraan kendaraan beroda empat glamor yang sangat mencolok kalau masuk kampung Pak Husni. "Kedatangan saya ini pertama silaturahmi, yang kedua saya memiliki kelebihan uang dan silahkan bapak pakai dengan tidak usah memikirkan pengembalianya.
Saya dulu itu sebeltulnya pernah ditolong Bapak, ketika itu saya tidak memiliki tiket dalam perjalanan dari Jakarta ke jogjakarta dan berkat derma Bapak saya tidak jadi diturunkan di tengah perjalanan." kisah saudagar itu. "Subhanalloh,, saya sendiri sudah lupa insiden itu lhoPak?" Timpal Pak Husni. "Justru saya teringat terus dengan Bapak, saya juga tidak tahu alamat bapak, tapi dengan niat nrimo ingin silaturahmi ya saya cari-cari alamat bapak di Cianjur ini, berkat Alloh SWT-lah saya bisa berjumpa kembali dengan Bapak." Muka Pak Husni agak berkaca-kaca, Allloh sangatlah dekat, terutama bersahabat dengan orang-orang yang bersahabat dengan-Nya.
Setelah tamunya pulang Pak Husni eksklusif bergegas ke rumah saudara iparnya itu. Alangkah kagetnya sehabis membuka amplop besar dari tamunya, rupanya isi amplop tidak hanya 30 juta rupiah tapi malahan 50 juta rupiah. Jumlah itu diketahui sehabis Pak Husni menghitung sejumlah 30 juta untuk membayar hutang, tidak tahunya kok uangnya masih sisa begitu banyak.
Pak Husni hanya berdoa supaya sanggup membayar hutang sejumlah 30 juta, tapi Alloh SWT memberinya 50 juta.
Post a Comment
Post a Comment