Report Abuse

Stats

Comment

Pentingnya Dakwah Tauhid

Post a Comment
Assalamualaikum.
Pada goresan pena kali ini penulis mengangkat tema wacana dakwah tauhid. Kita mesti mendakwahkan  tauhid alasannya yaitu dakwah tauhid yaitu dakwah yang haq. Silahkan dibaca dan dicopy materi dakwahnya di bawah ini!
Mengikhlaskan agama hanya untuk Allah ( Tauhid ) merupakan pokok pedoman agama islam, yang mana alasannya yaitu hal tersebut inilah Allah menurunkan kitab-kitab-Nya serta mengutus para Rasul, dan seluruh para Nabi menyerukan ( menda’wahkan ) hal ini serta berjihad dengannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan dalam firman-Nya :
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ( memurnikan ) agama ini.”
(QS. Az-Zumar : 2).
Dalam firman-Nya yang lain :
“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ( memurnikan ) agama ini bagi-Nya.” (QS. Al-Bayyinah : 5).
Dan kedudukan Tauhid itu menyerupai pondasi pada sebuah bangunan.
Al Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata : “Barang siapa yang ingin meninggikan bangunan, maka wajib atasnya untuk menguatkan dan memantapkan pondasinya serta bersungguh-sungguh untuk menfokuskan perhatian kepadanya, alasannya yaitu tingginya bangunan tersebut tergantung pada berpengaruh serta mantapnya pondasi itu. Maka amalan dan tingkatan-tingkatannya yaitu ( menyerupai ) bangunan dan pondasinya yaitu keimanan. Maka orang yang bijaksana itu cita-citanya yaitu membetulkan dan memantapkan pondasi, adapun orang yang terbelakang (adalah orang yang) mendirikan bangunan tanpa adanya pondasi, sehingga tidak usang bangunannya akan runtuh.
Allah Ta’ala berfirman :
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhoan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, kemudian bangunannya itu jatuh tolong-menolong kedalam neraka jahanam ? Dan Allah tidak menunjukkan petunjuk kepada orang-orang yang dholim,”
(QS. At-Taubah : 109) .
(lihat keterangan ini dalam kitab Al-Fawaid, hal 204).
Aku (Syaikh Abdul Malik Ramadhany) katakan : “Ayat ini turun wacana orang-orang munafik yng membangun masjid untuk ditegakkan sholat di dalamnya. Akan tetapi ketika mereka mengerjakan amalan yang agung serta mulia ini, hati mereka kosong dari keikhlasan dan tidak bermanfat bagi mereka sedikitpun, bahkan mereka jatuh kedalam neraka jahanam sebagaimana tersebut dalam ayat ini.” (lihat kitab Sittu Duror, hal 13-14)”.
Al Imam Ibnul Qoyyim menyatakan : “Pondasi itu ada dua hal :
Pertama : Benarnya pengenalan kepada Allah dan perintah-Nya serta nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Kedua : Memurnikan ketundukan kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak kepada yang lainnya. Maka ini yaitu sekuat-kuatnya pondasi yang di gunakan seorang hamba untuk bangunannya.”
Ketika Tauhid itu menyerupai pondasi bagi sebuah bangunan dan akar dari sebuah pohon, maka perintah pertama yang kita jumpai ketika kita membuka Al-Qur’an dari awal yaitu firman Allah Ta’ala :
“Wahai insan beribadahlah kepada Rabb kalian yang membuat kalian dan orang-orang sebelum kalian semoga kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al Baqarah : 21).
Kemudian sehabis ayat ini eksklusif diikuti dengan larangan dari apa-apa yang menentang Tauhid, yakni syirik. Allah berfirman :
“Maka janganlah kalian jadikan tandingan-tandingan (sekutu) bagi Allah sedangkan kalian mengetahuinya “ (QS. Al Baqarah : 22).
Di sini terdapat faedah yang besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak hanya memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya, akan tetapi Allah melarang kita dari apa-apa yang membatalkan hal tersebut, yaitu beribadah kepada selain-Nya (syirik). Maka lihatlah di dalam Al Qur’an, kita akan menjumpai aturan yang berturut-turut, diantaranya firman Allah :
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan dengan selain-Nya,”
(QS. An-Nisa : 36).
Dalam firman-Nya yang lain :
“Dan sungguh kami tidak mengutus seorang Rasul pada setiap ummat (untuk menyeru) “sembahlah Allah dan jauhilah taghut.”
(QS. An-Nahl : 36).
Syaikh Mubarok Al-Mily berkata : “Tidak cukup di dalam dua kalimat syahadat dengan semata bertauhid saja, hingga dia meniadakan banyak sekali macam sesembahan yang lain dan membatasi syari’at ini hanya pada seseorang yang di utus untuk memberikan agama ini (yaitu Rasulullah shalallahu wa sallam).
Syirik yaitu perbuatan haram nomor satu yang di larang oleh Allah Ta’ala sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :
“Katakanlah (wahai Muhammad), “marilah kalian, akan saya bacakan apa saja yang di haramkan oleh Rabb kalian atas kalian, yaitu janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…”
(QS. Al-An’am : 151).
Dan wasiat petama yang di wasiatkan oleh Luqman Al-Hakkim kepada putranya yaitu :
“Wahai anakku, janganlah kau menyekutukan Allah (syirik) itu yaitu kedholiman yang sangat besar. “ (QS. Luqman : 13).
Dalam Tauhid itu yaitu wasiat para Nabi ketika akan menghadapi kematian.
Allah Ta’ala berfirman :
“Adakah kami hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika itu ia berkata kepada anaknnya “Apakah yang kalian sembah sepeninggalku ? “Mereka menjawab : “Kami akan menyembah tuhanmu dan yang kuasa nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqarah : 133)
Oleh alasannya yaitu itu, para da’i yang mengajak untuk bertauhid yaitu seutama-utama da’i, alasannya yaitu dakwah tauhid yaitu dakwah yang menyeru kepada derajat kepercayaan yang paling tinggi. Sebagaimana di nyatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang yang paling utama yaitu kalimat Laa ilaha illallah, dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan aib yaitu salah satu cabang keimanan.” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan :
“Rasulullah telah mengingatkan bahwa cabang keimanan yang paling utama yaitu Tauhid yang wajib atas setiap orang (untuk mengetahui ) dan tidak sah sesuatu pun dari cabang-cabang tersebut kecuali sehabis benarnya Tauhid,” (lihat kitab Syarah Shohih Muslim jilid 1, hal 20).
Aku (Syaikh Abdul Malik Ramadhany) katakan :
“Akan tetapi cabang-cabang keimanan ini tidak akan tumbuh dalam hati seseorang dan tidak akan berbuah pada anggota badannya kecuali sesuai dengan (seberapa jauh makna) kalimat thoyyibah ini di laksanakan oleh seorang hamba.”
Hal ini di karenakan bagusnya hati pada jasad. Dalam sebuah hadist dari An-Nu’man bin Basyir radhiayallahu’anhu, sebetulnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang itu terdapat segumpal daging, Jika ia baik, maka akan oke seluruh anggota tubuh. Jika ia rusak, maka akan rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, dia itu yaitu hati.” (HR. Bukhori-Muslim).
Di dalam hadits ini terdapat dalil yang terang bahwa memperbaiki Tauhid yaitu pokok segala kebaikan dan masalah yang paling agung. Oleh alasannya yaitu itu seluruh dakwah yang menyerukan kepada kebaikan yang tidak memusatkan pada urusan Tauhid, akan mengalami penyelewengan (penyimpangan) sesuai dengan jauhnya dia dari pokok yang mulia ini, yaitu Tauhid.
Seperti mereka (kelompok-kelompok dakwah) yang menghabiskan waktunya untuk memperbaiki relasi sesama insan tetapi relasi dengan Allah (yaitu masalah Aqidahnya) tidak sesuai dengan tuntunan salafus shalih.
Atau ada juga kelompok-kelompok dakwah yang menghabiskan waktunya untuk menyerang atau mengkritik pemerintah dengan tujuan memperbaiki masyarakat atau dengan cara politik untuk menghancurkan pemerintah dengan tanpa memperdulikan kerusakan aqidah para pengikutnya.
Atau ada juga mereka (kelompok-kelompok dakwah) yang dalam dakwahnya tidak memperhatikan dan tidak memulai dakwahnya pada Tauhid dengan anggapan bahwa Tauhid itu akan memecah belah umat, atau umat akan lari darinya, atau juga dengan anggapan bahwa masyarakat sudah paham semua wacana Tauhid sehingga mereka dengungkan (dakwahkan) setiap ketika yaitu bagaimana membentuk daulah Islam (Negara Islam).
Apakah mereka tidak mendengar do’a Nabi Ibrahim alaihis salam yang mana dia kuatir terjatuh dalam kesyirikan, dia berdo’a :
“Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri kami ini negeri yang aman, serta jauhkanlah saya dan anak keturunanku dari penyembahan kepada patung-patung (berhala). Wahai Tuhanku, sesungguhnya mereka (berhala-berhala itu) telah menyesatkan dominan manusia. “ (QS. Ibrahim : 35-36).
Oleh alasannya yaitu itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menekankan kepada para da’i semoga mementingkan problem tauhid serta memulai dakwahnya dengan tauhid itu. Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabal ketika dia di utus ka Yaman :
“Sesungguhnya kau akan mendatangi suatu kaum dari andal kitab. Maka jikalau kau tiba kepada mereka, jadikanlah pertama kali yang kau dakwahkan kepada mereka yaitu “beribadahlah kalian kepada Allah (Dalam riwayat yang lain : “Agar kalian mentauhidkan Allah). “
(HR. Bukhori- Muslim).
Oleh alasannya yaitu itu awalilah dakwah yang kita lakukan ini dengan dakwah tauhid sebagaimana yang di perintahkan oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam.Wallahu A’lamu bishshowwab.
Maraji’ : Kitab Sittu Durar min Ushuli Ahlil Atsar, karya Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhany, di terjemahkan oleh Ustadz Muhammad Irfan.
Sumber : BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya EDISI : 02 / SYAWAL / 1424

Related Posts

Post a Comment